Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Waspadai, Generasi Miskin Baru Muncul!

"GUBERNUR Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengharapkan pemerintah bertindak proporsional dan bijaksana dalam memutuskan kenaikan harga bahan bakar minyak—BBM!" ujar Umar. "Sultan meminta jangan sampai kebijakan tersebut terlalu membebani masyarakat dan justru menciptakan generasi masyarakat miskin baru!" (Kompas, 21-3) "Kekhawatiran munculnya generasi masyarakat miskin baru itu diteriakkan ribuan buruh yang demo di depan Istana Merdeka, Rabu!" timpal Amir. "Menurut buruh, upah minimum umumnya naik sesuai tingkat inflasi di bawah 10%. Hanya upah buruh Bekasi yang naik di atas 10% karena memblokade jalan tol! Maka itu, akibat kenaikan harga BBM 33% yang didahului dan disertai kenaikan harga bahan pokok hingga setara, kaum buruh tenggelam dalam kemiskinan baru—karena upahnya tekor lebih 20% dari harga bahan pokok akibat kenaikan harga BBM!" "Itu juga jadi alasan buruh menolak BLT karena dengan upah minimum umumnya di kisaran Rp1 juta, nilai 20% dari ketekoran itu tak tertutupi oleh BLT Rp150 ribu/bulan!" tegas Umar. "Belum lagi biaya mengambilnya lewat antrean di Kantor Pos, yang bisa mengganggu jam kerja buruh!"

"Itu menunjukkan langkah pemerintah dalam menaikkan harga BBM tidak proporsional dan bijaksana seperti harapan Sultan!" timpal Amir. "Tak proporsional karena membebani masyarakat, terutama kaum buruh jauh lebih berat dari kemampuan nyata mereka! Tak bijaksana karena dengan beban yang lebih berat dari kemampuan nyata itu menyeret mereka ke dalam generasi miskin baru!" "Itu baru terkait buruh pabrik yang jelas standar upah minimumnya!" tegas Umar. "Jauh lebih mengenaskan nasib buruh tani yang tak pernah diperhatikan pemerintah standar upah dan hubungan kerjanya dengan para tuan tanah pemilik sawah luas! Dalam keadaan normal saja kehidupan mereka sudah terbenam di lembah serbakekurangan, konon lagi ketika harga bahan pokok dikatrol naik harga BBM sampai 33%!" 

"Kekhasan kondisi dan penderitaan mereka luput dari perhatian khusus penguasa, karena sudah masuk generalisasi penerima bantalan BLT!" timpal Amir. "Hal sama dialami nelayan yang semusim terakhir terganggu melaut akibat cuaca buruk! Mereka memang sudah dibantu ala kadarnya, tapi untuk menerima beban kenaikan harga kebutuhan hidup yang telak, jelas mereka sangat kewalahan! Demikianlah beratnya mereka pikul beban anggaran yang oleh elite seenaknya dialihkan ke pundak mereka!" ***

0 komentar: