SUDAH beberapa Lebaran Bang Toyib tak pulang kampung, keliling dunia jadi pelaut honorer! Sekali pulang ia terkejut, warung satai bekicot yang dulu menjamur dari kecamatan sampai ke dusun-dusun kini bak hilang ditelan bumi!
"Kenapa bisa begitu?" ia tanya adiknya.
"Mungkin saking rakusnya warga kita, semua warung satai bekicot kehabisan bahan baku!" jelas adik. "Bahkan setiap warung punya lahan peternakan bekicot sendiri, populasinya tak mampu mengejar lajunya kebutuhan!"
"Ah, kamu berlebihan melukiskan kerakusan!" tukas Bang Toyib. "Kalau betul permintaan tinggi, apa pun caranya pasokan pasti bisa digesa memenuhinya! Yang sebenarnya?" "Hangat-hangat tahi ayam!" jawab adik. "Ada orang buka satai bekicot laku, orang pun ramai-ramai buka satai bekicot! Ternyata ramainya sebentar karena orang cuma ingin tahu rasanya! Animo cepat turun, dan lenyap!"
"Artinya kalau buka khusus buat turis, pakai nama usaha asing semisal Escargots BBQ, itu istilah keren buat bekicot panggang, masih ada peluang?" ujar Bang Toyib. "Di luar negeri, terutama Prancis, menu escargots menentukan kemewahan sebuah restoran! Dan bekicot untuk dunia itu, salah satu sumbernya diekspor dari Natar, Lampung Selatan!"
"Tapi, kalau mau buka usaha Escargots BBQ di kampung ini, turis yang mau dilayani mana?" keluh adik. "Sebulan sekali saja belum tentu ada turis lewat di kampung kita!" "Maksudmu Escargots BBQ belum waktunya?" timpal Bang Toyib.
"Kalau begitu kita galakkan makan bekicot sebagai protein alternatif yang mudah didapat di sekitar rumah, pengganti daging sapi yang semakin tak terbeli kaum jelata sejak pembatasan impor sapi bakalan! Orang Prancis saja menjadikan bekicot makanan istimewa, kenapa kita tidak?"
"Ibu-ibu yang harus mengolahnya jijik pada bekicot, untuk memegangnya saja pun!" tegas adik. "Justru kebijakan politik mempermahal harga sumber utama protein rakyat itu yang seharusnya ditinjau kembali, apalagi kalau terbukti kebijakan politik itu ada udang di balik batunya terkait keuntungan amat besar dari impor daging sapi substitusinya!" "Kalau tak mengada-ada takkan tempua bersarang rendah!" tukas Bang Toyib. "Betapa, konsumsi daging sapi Indonesia masih 2 kg/kapita/tahun, dibanding Malaysia 47 kg, masak pasokannya seketika disumbat!" ***
0 komentar:
Posting Komentar