SEMINGGU libur di rumah nenek, cucu merasa aneh. Dua batang pisang berbuah besar-besar dan bertandan panjang di samping rumah ditebang pada hari kedatangannya, sampai hari itu belum dihidangkan. Padahal, memeram pisang cuma tiga hari. Sementara yang terhidang setiap hari pisang sebesar jempol.
"Pisang yang kecil-kecil ini menanamnya di mana, Nek?" pancing cucu.
"Di ladang orang!" jawab nenek. "Kita tak menanam pisang kecil-kecil, itu kita beli!"
"Nenek menanam pisang, tapi pisang untuk makan sendiri malah beli?" tukas cucu.
"Betul!" jawab nenek. "Kita menanam pisang yang buahnya besar buat dijual pada orang-orang bermulut besar! Sedang kita rakyat kecil, bermulut kecil, makan pisang yang kecil!"
"Apa beda orang-orang bermulut kecil dengan yang bermulut besar?" kejar cucu.
"Beda pertama tempat tinggalnya, penggalas naik sepeda membawa pisang itu sampai lelah, disambung naik truk lagi, untuk mendapatkan tempat orang-orang bermulut cukup besar untuk makan pisang hasil tanaman nenek yang besar-besar itu!" jelas nenek.
"Beda kedua, orang-orang yang bermulut besar bicaranya sering dibesar-besarkan, tak semuanya benar! Sedang orang-orang bermulut kecil, rakyat jelata, bicara secukupnya, yang benar saja!"
"Tempat orang-orang bermulut besar itu jauh dari desa nenek!" timpal cucu.
"Dari ciri-ciri yang nenek sebut mereka itu penguasa dan elite, terutama elite politik yang kebanyakan tinggal di kota! Bicara yang dibesar-besarkan orang-orang bermulut besar itu istilahnya retorika, Nek! Tapi itu hal yang biasa dan lazim saja bagi penguasa dan elite politik!"
"Karena hal itu biasa dan lazim, aku juga terus menjaga pisang tanamanku buahnya tetap besar supaya selalu terpenuhi kebutuhan mulut mereka yang besar itu!" tegas nenek. "Untuk itu, aku harus kerja keras memindah anak pisang hingga yang tersisa tak boleh lebih dari satu batang! Lalu, setelah anak ke empat panen, bonggol rumpun itu harus dibongkar dan dibuat jadi tanaman baru lagi!"
"Ternyata itu rahasia menjaga buah pisang nenek bisa selalu besar, rahasia orang-orang bermulut kecil menghasilkan buah karya yang besar!" simpul cucu. "Sedang orang-orang bermulut besar cuma konsumsi dan bicaranya saja yang dibesar-besarkan! Sebagian besar isi bicaranya kopong, bahkan dusta!" ***
0 komentar:
Posting Komentar