USAI menulis sejumlah soal, seorang guru baru memerintahkan semua murid untuk fokus ke papan tulis membaca soal yang ditulisnya. Ia perhatikan satu per satu, ternyata seorang murid malah mengarahkan wajahnya menatap dirinya yang berdiri di samping papan tulis.
Ia datangi murid itu dan menyuruh baca soal nomor satu. Tanpa memalingkan wajah dari si guru, ia baca soal nomor satu di papan tulis dengan benar!
“Kau bisa memfokuskan pandangan dengan wajah menatap ke arah lain, ya?” tanya guru.
“Matanya juling, Bu Guru!” seru seorang murid dari belakang.
Sang guru terangguk-angguk. Tapi ketika jam istirahat baca koran di ruang guru ia terkejut, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani Leimena Suharli memastikan meski sibuk menyelematkan partainya, SBY tetap fokus mengurus negara!
“Sebagai orang dekat SBY kayaknya Melani memastikan SBY itu juling!” ceplosnya di depan guru-guru lain. “Sebab, meski secara fisik SBY mengurusi partai, ia pastikan fokusnya tetap pada tugas negara dan pemerintahan!”
“Tapi mayoritas rakyat tak percaya SBY juling!” timpal guru senior.
“Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menemukan 68,42% publik khawatir terhadap komitmen SBY untuk fokus pada tugas negara dan pemerintahan akibat waktu dan perhatiannya beralih untuk mengurusi partainya! Sebanyak 68,58% dari publik yang khawatir itu justru dari kalangan masyarakat kelas bawah, warga biasa atau wong cilik!”
“Kekhawatiran itu beralasan karena dalam menyelamatkan partainya itu SBY merangkap semua jabatan puncak pimpinan—Ketua Majelis Tinggi, Ketua Dewan Pembina, Ketua Dewan Kehormatan, dan de facto Ketua Umum!” tukas guru baru.
“Itu jelas membuat tanggung jawab dirinya terhadap segala dimensi kehidupan partainya bertambah berat! Tak mengada-ada kalau orang mengkhawatirkan fokusnya pada tugas negara dan pemerintahan tak bisa utuh lagi! Memerintah negara tidak secara kafah (utuh) lagi, melainkan hanya dengan sisa-sisa waktu dan perhatiannya dari kesibukannya menyelamatkan partai!”
“Demikian malang nasib Republik ini!” keluh guru senior. “Diurus full time saja banyak program pembangunan tak beres, infrastruktur berantakan, korupsi merajalela! Kini malah dijadikan kerja sambilan!” ***
0 komentar:
Posting Komentar