"BETAPA mahal sebuah demokrasi tampak bagi rakyat yang sedang berjuang mewujudkannya seperti di Suriah. Jalan dua tahun ini 70 ribu orang tewas dan sekitar satu juta jiwa warga sipil kebanyakan wanita dan anak-anak pergi mengungsi keluar dari wilayah negaranya!" ujar Umar.
"Penderitaan mereka jelas tak bisa dinilai secara material, ditambah kehancuran rumah, harta, serta penghidupan yang mereka tinggalkan—dan kucar-kacirnya keluarga!"
"Kenapa tiba-tiba kau bicara mahalnya sebuah demokrasi?" tanya Amir.
"Karena orang-orang yang beruntung bisa menikmati demokrasi di negeri kita cenderung meremehkannya, menyalahgunakan kekuasaan yang diraih lewat proses demokrasi dengan korupsi dan aneka tindakan yang bertentangan dengan prinsip demokrasi!" jawab Umar.
"Ada kepala daerah hanya mengutamakan selera gagah-gagahan pribadinya, bukan saja dengan mengesampingkan aspirasi dan kepentingan rakyatnya, malah demi selera pribadinya itu, ia mengorbankan kepentingan rakyat—APBD tak disahkan DPRD hingga tak ada anggaran baru untuk rakyat!" "Lebih lucu, dengan kekuasaan mereka yang diperoleh lewat pemilihan langsung rakyat, mereka habisi hak rakyat memilih langsung gubernur, dialihkan hanya dipilih DPRD!" timpal Amir.
"Itu bukti, bukan saja tak menghormati suara rakyat yang telah memberinya kekuasaan lewat pemilihan langsung, malah mengkhianati rakyat dengan merampas hak pilih mereka—alasannya dibuat-buat pula!" "Memang sangat memprihatinkan tingkah orang-orang yang diuntungkan demokrasi hasil perjuangan mahasiswa menggulingkan tiran Orde Baru dengan melakonkan gaya tiran baru, mengkhianati suara konstituen pemberinya kekuasaan dengan berbagai cara yang semakin menyengsarakan rakyat!" tukas Umar.
"Lewat kekuasaan eksekutif yang didapat, mereka buat kartel impor daging sapi hingga rakyat tak mampu lagi membelinya!" "Atas realitas itu, pantas kau ingatkan betapa mahal demokrasi lewat contoh bangsa yang sedang berjuang mewujudkannya!" simpul Amir.
"Jangan mentang-mentang berkuasa jadi seenaknya melecehkan arti suara rakyat yang mereka khianati dengan melucuti hak rakyat untuk pemilihan langsung, menyengsarakan rakyat dengan membuatnya tak mampu membeli kebutuhan hidupnya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar