"PUTRI Solo cantik, kenyataan! Lengkap dengan segala dimensi kejelitaan! Itu tertuang dalam lirik lagunya!" ujar Umar. "Meski sang pujangga mengingatkan pada bagian bernada tinggi, lakune koyo macan luweh—jalannya seperti harimau lapar!
Dengan ayunan langkah yang gemulai, ia justru siap menerkam mangsa!"
"Tak kepalang yang diterkam sebagai mangsa finalis Putri Solo 2008 seorang jenderal polisi dari Jakarta!" timpal Amir. "Sang jenderal yang terjerat kejelitaan Putri Solo membelikannya sebuah rumah dari hasil korupsi simulator—versi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Si Putri Solo pun diperiksa KPK sebagai saksi!"
"Kedua pihak, si jenderal dan Putri Solo sama-sama menutupi hubungan perkawinan mereka! Juga Mabes Polri belum menerima pengaduan tentang poligami sang jenderal!" tutur Umar. "Namun, seorang petugas KUA di Sukoharjo mengungkap KPK telah mengambil dokumen bukti pernikahan dua cucu Adam itu!"
"Jodoh di tangan Tuhan! Tak satu pun kejadian di muka bumi di luar kehendak-Nya, sebagai pelajaran terutama buat mereka yang belum terlambat—baik dalam hal korupsi maupun nikah tersembunyi!" tegas Amir. "Karena itu, amat berlebihan jika menuduh KPK melakukan dramatisasi untuk bumbu penyedap kasusnya dengan menampilkan finalis Putri Solo dalam kasus korupsi simulator! Memang tanpa itu pun sudah tercukupi dua bukti minimal yang harus diajukan KPK di sidang pengadilan!
Namun, tambahan bukti untuk memperkuat dakwaan juga selalu diperlukan, lebih-lebih jika terkait terdakwa orang kuat! Sekaligus ada tambahan uang negara yang bisa diselamatkan!" "Terpenting dalam hubungan sedemikian tak dikenal istilah bertepuk sebelah tangan!" timpal Umar. "Jangan-jangan justru mangsanya yang jauh lebih agresif sehingga seperti dalam sabda pujangga, ia jatuh tersungkur ke sudut kerling wanita! Tanpa kecuali tujuan si pria ingin menjajah dan menjelajah wanita!"
"Celakanya, zaman sudah secanggih ini petinggi bangsa masih berkecipak dalam gaya klasik takhta, harta, dan wanita!" tukas Umar. "Berjuang seumur hidup untuk meraih takhta (kedudukan), pada kedudukan itu mengumpul harta (lewat korupsi), ujungnya cuma untuk menjadikan wanita sangkar madu! Bagaimana bangsanya bisa maju, petingginya begitu?" ***
0 komentar:
Posting Komentar