“SINETRON perselingkuhan, cinta segitiga, dan sejenisnya belakangan ini kalah seru dari sinetron politik dengan aktor dari presiden partai hingga presiden negara!” ujar Umar. “Makin serunya sinetron politik itu karena ceritanya dikemas dalam repertoar skandal korupsi yang terpilin menuju antiklimaks tudingan konspirasi!”
“Skandal korupsi memang berpangkal dari konspirasi (kerja sama komplotan bertujuan tidak baik) antarcabang kekuasaan—politik, birokrasi, dan bisnis, mencundangi keuangan negara maupun rakyat!” timpal Amir.
“Inti skandal korupsi pada abuse of power, penyalahgunaan kekuasaan negara atau pemerintah oleh orang yang diberi otoritas (wewenang) malah melaksanakan kewenangan itu demi keuntungan pribadi dan orang-orang lain—konspiratornya!”
“Makin serunya sinetron politik justru karena adanya usaha pemutarbalikan terminologi konspirasi, dengan menuding ada komplotan lain yang menyingkap (konspirasi) korupsi itu dengan tujuan politis menyudutkan partai tertentu!” tukas Umar.
“Sejauh apa kebenaran tudingan itu, realitasnya elektabilitas partai-partai yang pengurus inti DPP-nya terseret kasus korupsi memang merosot tajam! Merosotnya elektabilitas ini pula yang kemudian menyulut masalah internal partai hingga menimbulkan ‘konspirasi’ penggulingan ketua umum partainya!”
“Serunya debat terbuka menyelamatkan partai antarsesama kader ditimbrungi analisis pakar politik, cukup menarik sebagai suatu tontonan publik di media massa!” tukas Amir. “Tontonan itu benar-benar esensial sebagai materi pendidikan politik rakyat, guna belajar dari realitas politik, utamanya ketika seorang presiden partai dijadikan tersangka kasus korupsi yang mengakibatkan harga daging sapi di pasar lokal dua kali lipat dari harga di pasar internasional!
Atau ketika presiden sebuah negara istikharah mohon petunjuk di depan Kakbah untuk mendapatkan jalan keluar terbaik bagi krisis yang sedang melanda partainya, bukan mohon petunjuk bagaimana menyelamatkan bangsanya, terutama rakyat yang terbenam berkepanjangan di jurang kemiskinan!”
“Justru di situ serunya sinetron politik, menjadi pengasah logika rakyat tentang tindakan yang tak logis dari pemimpinnya!” timpal Umar. “Rakyat dibuat sadar, seperti itu rupanya para pemimpin negerinya!” ***
0 komentar:
Posting Komentar