"PARADOKS terjadi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang satu dekade mulai 2004, saat sektor riil—pertanian dan industri—justru merosot perannya secara drastis!" ujar Umar.
"Di sektor pertanian, menurut data BPS terakhir, 5 juta petani guram kehilangan lahan usaha pertaniannya yang sempit. Sedang sektor industri terjadi deindustrialisasi, ketika sektor industri pada 2004 menyumbang PDB sebesar 29%, terakhir jadi 23%."
"Paradoks pertumbuhan pada sektor riil itu memperuwet tiga masalah laten di dalamnya, kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran!" timpal Amir.
"Dalam 2013 jumlah orang miskin naik menjadi 28,55 juta dari sebelumnya 28,07 juta, sedang ketimpangan dari Indeks Rasio Gini 2004 pada 0,32, terakhir sudah di atas 0,41 jadi makin buruk! Juga pengangguran terbuka tak kurang dari 7,2 juta orang!"
"Hal klasik yang sering disebut kalangan ekonom, hal itu terjadi karena investasi ke sektor riil melemah dari waktu ke waktu! Investasi yang masuk lebih besar jangka pendek di pasar modal!" tukas Umar.
"Kendala investasi ke sektor riil ada dari proses administrasi perizinan sampai infrastruktur—jalan, listrik, pelabuhan yang kurang mendukung!" "Lantas bagaimana mengatasi paradoks pertumbuhan tersebut?" tanya Amir. "Ada dalam rekomendasi menciptakan pembaruan ekonomi dari Institute for Development of Economics and Funance (INDEF)," jawab Umar.
"Seperti diutarakan Enny Sri Hartati, direktur eksekutif INDEF, sektor pertanian dan industri tak boleh dibiarkan bekerja sendiri, tanpa terkait satu sama lain! Pemerintah harus berpihak pada sektor pertanian, dengan peningkatan produktivitas pertanian, diversifikasi produk pertanian, merombak tata niaga pangan, pemberian kredit murah, dan optimalisasi infrastruktur di sektor pertanian," (Kompas.com, 30/6)
"Untuk sektor industrinya?" kejar Amir. "Melakukan hilirisasi industri!" jawab Umar. "Kata Enny, ini harus dioptimalkan untuk mendorong nilai tambah. Jika hilirisasi berjalan, nilai ekspor menjulang meski volumenya tak naik signifikan!"
"Tapi rekomendasi Indef itu dimaksudkan untuk menciptakan pembaruan ekonomi, yang berarti harus dengan melakukan perubahan!" tukas Amir.
"Bagaimana jika presidennya telah menegaskan akan melanjutkan kerja pemerintah sekarang, berarti tanpa melakukan perubahan?"
"Kalau tak ada perubahan kebijakan, tentu tak berubah kondisinya!" tegas Umar. "Kalau kebijakannya begitu-begitu saja, kondisinya tetap begitu-begitu juga!" ***
0 komentar:
Posting Komentar