Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Politik Panggung Sandiwara!


   "JUSTRU dalam ajaran formal agama, kehidupan di dunia ini hanya permainan dan senda gurau, sedangkan akhirat itu sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa!" ujar Umar. "Politik menjadi bagian dari dunia permainan dan senda gurau itu, dengan bentuk dan sifatnya sebagai panggung sandiwara!" "Amat banyak jenis panggung sandiwara di negeri kita!" timpal Amir. "Ada wayang orang, yang memainkan cerita berdasar pakem Ramayana dan Mahabarata! Ada ketoprak, utamanya memainkan cerita raja-raja Jawa, tapi juga dipadu dengan cerita rakyat diperkuat badut-badut yang membanyol dalam peran sebagai batur alias pesuruh! Bahkan belakangan muncul di televisi jenis sandiwara Opera van Java, dimainkan para badut untuk ngebodor, menguras tawa penonton!"

   "Banyak lagi jenis sandiwara di negeri kita, yang khas dan populer di daerah!" tegas Umar. "Hidup sandiwara tergantung pada kemampuan aktor menghayati dan memerankan tokoh yang dihadirkan di panggung! Setiap aktor dilatih, diberi kostum, dan didandani untuk memerankan tokoh tertentu! Jadi, seseorang harus mengubah gaya bicara dan ekspresi sesuai tokoh yang diperankannya!" "Dalam dunia politik juga begitu, seorang tokoh harus bisa berperan sesuai karakter ideal yang ia mainkan, posisi formalnya!" tukas Amir. "Richard Nixon, misalnya, sejak mencalonkan diri sampai setelah menjadi presiden, setiap tampil di televisi harus dirias dan diarahkah gaya aktingnya agar wajah aslinya yang 'sangar' tampil jadi arif-bijaksana! Hasilnya, Nixon sukses menjabat presiden AS dua priode!" "Maksudnya, agar para politikus menyadari politik itu panggung sandiwara!

   " Bahkan dalam terminologi budaya politik di ilmu-ilmu sosial, politikus selaku subjek disebut aktor!" timpal Umar. "Alangkah celaka jika politikus yang berperan di posisi ideal seorang kesatria santun dan bijaksana, tapi overacting menjadi badut dengan perilaku konyol! Jadi tertawaan, karena seharusnya berperan kesatria di panggung wayang orang atau ketoprak mataram, malah ganti gaya panggung Opera van Java—aktingnya jadi konyol!" "Setiap posisi punya standar kapasitas dan karakter ideal!" tegas Amir. "Politikus juga dituntut untuk memenuhi standar ideal akting di posisinya. Memang sering seorang politikus bertingkah unik untuk menarik perhatian orang (MPO). Tapi banyak yang akhirnya salah tingkah, overacting, kesatria malah jadi badut!" ***

0 komentar: