"MESKI hanya setahun sekali, tidak sedikit orang memaksakan diri untuk mudik, dalam arti bekal yang dimiliki untuk biaya perjalanan dan oleh-oleh sebenarnya tak cukup!" ujar Umar.
"Untuk itu, ada baiknya dihitung cermat agar tak dapat kesulitan di jalan. Kalau kurang, usahakan cari tambahan, baik dari utang maupun menjual sesuatu sebelum berangkat! Sebab, kalau di rumah saja tak bisa diatasi, akan lebih sulit lagi mengatasinya di jalan!"
"Nasihat itu baik, tetapi belum tentu bisa diikuti!" timpal Amir. "Soalnya, sudah berusaha maksimal pun tetap tak berhasil mencukupinya! Padahal, tarikan magnet rindu kampung tempat kelahiran sudah benar-benar tak tertahankan!
Akibatnya, rawe-rawe rantas malang-malang putung, justru risiko yang diperhitungkan dengan menyiapkan plan A kalau risiko yang terjadi begini, plan B kalau begitu!"
"Monek—modal nekat—memang menjadi kebiasaan warga yang untuk hidup sehari-hari saja praktis vivere veri coloso—nyerempet-nyerempet bahaya!" tegas Umar.
"Serbaterbatas dan kekurangan masih merupakan realitas hidup puluhan juta warga bangsa! Serbaterbatas dan kekurangan itu tak boleh menghalangi kerinduan pada kampung halaman! Sebab, kalau sampai menyerah terbelenggu oleh serbaterbatas dan kekurangan, bisa-bisa seumur hidup tak pernah mudik!"
"Untuk mengantisipasi pemudik monek itulah banyak pemerintah daerah yang menyiapkan posko Lebaran di sepanjang jalur mudik!" timpal Amir. "Agar mereka yang kelelahan jalan bisa istirahat sejenak. Disiapkan makanan kecil dan minuman, juga pemeriksaan kesehatan! Dengan itu diharapkan perjalanan mudik lancar!"
"Meski tak luput dari keterbatasan dan kekurangan, untuk mudik Lebaran bisa dipersiapkan karena jadwal Lebarannya setiap tahun jelas!" tukas Umar. "Lain hal mudik ke asal kita sesungguhnya, yang tak ada alasan menolak untuk kembali, padahal jadwalnya tak pasti!"
"Mudik, rindu kampung halaman tempat kelahiran, hanya refleksi dari kerinduan kita pada asal dari mana sejatinya kita, yang kalau tiba saatnya kita tak bisa menolak!" tegas Amir.
"Untuk mudik yang ini, tak kenal istilah monek! Keterbatasan dan kekurangan materi tak bisa dijadikan alasan! Bekalnya harus cukup, dalam arti harus diusahakan maksimal! Pos bantuan di perjalanan memang ada, yakni rahmat, ampunan, dan syafaat! Namun, semua itu didasarkan pada bekal yang dibawa! Maka itu, pertanyaannya sudah cukupkah bekal Anda untuk mudik sejati?" ***
0 komentar:
Posting Komentar