Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Rekayasa Menipu Diri Sendiri!


   "REKAYASA sebenarnya terjemahan dari kata Inggris ‘engineering’, yang berarti membangun atau mengembangkan secara terencana, seperti rekayasa sosial!" ujar Umar. "Dalam kehidupan politik di negeri kita, rekayasa dilakukan dalam pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) sejak sosialisasi menggalang dukungan, sampai pemantapan dukungan menjelang hari pencoblosan!" "Rekayasa dilakukan tim sukses pasangan calon, antara lain lewat survei internal untuk menggalang dukungan!" timpal Amir. "Rekayasa tim sukses itu yang dalam praktiknya sering berubah menjadi akal-akalan! Misalnya, survei internal yang sengaja dilakukan secara abal-abal guna mengesankan calon yang disosialisasikan punya popularitas dan elektabilitas tinggi! Didasari teori anut grubyuk—massa cenderung mengikuti yang banyak—hasil survei abal-abal itu pun dibocorkan agar dukungan termobilisasi ke arahnya!"

   "Apakah teori massa anut grubyuk itu betul begitu, atau apa massa percaya pada hasil survei abal-abal dan terpengaruh, wallahualam!" tukas Umar. "Namun jelas, hasil rekayasa dengan survei abal-abal itu telah menipu diri mereka—tim sukses dan pasangan calon—itu sendiri! Dengan mengeluarkan dana lebih banyak lagi, survei abal-abal bertameng nama survei internal itu dilanjutkan ke tahap-tahap berikutnya!" "Sumber celaka di balik rekayasa itu juga pada tenaga penyurvei di lapangan yang sengaja dilatih untuk melaporkan data palsu!" timpal Amir. "Hasil survei internal yang nantinya ditingkatkan menjadi quick count dan dijadikan pembanding hasil resmi penghitungan suara oleh KPU, jelas cuma data abal-abal! Lebih paripurna celakanya kalau penyurvei lapangan yang sama dijadikan saksi di TPS, PPS, dan PPK, data untuk menipu dirinya sendiri itulah yang dijadikan unggulan sampai ke MK!" 

    "Kecenderungan demikian yang membuat ratusan gugatan calon yang kalah dalam pemilukada mendulang kekalahan kembali di MK!" tegas Umar. "Data hasil rekayasa internal yang serbaabal-abal itu hanya berhasil menipu diri mereka sendiri—sang calon dan tim suksesnya, tetapi gagal menipu para hakim konstitusi!" "Meskipun demikian, tim sukses yang sudah bekerja keras menghabiskan dana calon, harus tetap optimistis bahwa sebenarnya calonnya menang, tetapi dikalahkan secara masif, terstruktur, dan sistematis oleh konspirasi KPUD dan pasangan lawannya!" timpal Amir. "Kokohnya kepercayaan pada rekayasa tipuan buatannya sendiri itulah hebatnya demokrasi abal-abal!" ***

0 komentar: