"HARI ini (22/7), merupakan hari 'H' pengumuman hasil Pemilihan Presiden di KPU. Menurut Presiden SBY, ini titik kritis pertama Pilpres 2014. Titik kritis kedua pada hari pengumuman vonis MK atas gugatan hasil pilpres!" ujar Umar. "Untuk itu, tentu mayoritas rakyat yang hidup serbakekurangan berharap hari-hari kritis itu berlalu aman dan damai!"
"Gambaran hari 'H' pengumuman hasil Pilpres 2014 sebagai titik kritis tampak dari rencana salah satu capres yang akan mengerahkan massa ke KPU," timpal Amir. "Pengerahan massa itu bisa berakhir bentrok dengan aparat yang siap menjaga KPU. Tapi juga bisa berakhir aman, jika janji sang pengerah benar, kehadiran massa untuk tujuan damai!"
"Kehadiran massa yang bisa jadi penekan untuk mengintimidasi KPU dalam menyelesaikan hasil akhir pilpres, tentu bisa berakhir damai jika pihak yang oleh KPU divonis kalah sebenarnya sejak awal sudah menyiapkan skenario melanjutkan proses pilpres ke Mahkamah Konstitusi—MK," tegas Umar. "Seperti terlihat pada rekapitulasi hasil pilpres tingkat provinsi, saksi salah satu pasangan capres setiap perolehan suaranya kalah menolak tanda tangan dengan berbagai dalih!"
"Maksudnya mungkin kalau dari banyak provinsi dalih itu dikumpulkan akan bisa meyakinkan hakim MK adanya kecurangan yang terjadi secara masif, terstruktur, dan sistematis—MTS!" tukas Amir. "Dengan itu, hakim MK diperkirakan punya dasar untuk membalikkan hasil pilpres yang semula kalah akhirnya jadi menang! Konon lagi, karena untuk itu mereka punya pengacara ulung yang disegani para hakim MK!"
"Skenario demikian diyakini akan berhasil sehingga bukan kepalang kemenangan bisa dirayakan pre-factum—sebelum vonis!" sambut Umar. "Tak perlu digubris ucapan pakar hukum tata negara yang pernah menjadi staf ahli di MK, Refly Harun, jika selisih suara lebih dari 1% sulit bagi MK untuk membalikkan yang menang jadi kalah! Karena, selain 1% dalam pilpres berarti lebih 1 juta suara yang tak mudah dibuktikan hilangnya, kondisi MTS juga sukar dibuktikan setelah rekapitulasi suara berjalan lancar sampai selesai di semua kabupaten dan kota!"
"Dengan demikian, titik kritis kedua versi Presiden SBY, yakni hari penetapan vonis MK atas sengketa Pilpres 2014, mungkin bisa menjadi klimaks sejarah pilpres paling tegang di Indonesia!" tegas Amir. "Titik kritis kedua itu akan membuktikan, sebagai bangsa besar kita selalu mampu mengatasi ujian yang dihadapinya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar