MESKI rapat The Federal Open Market Committe (FOMC), penentu kebijakan The Federal Reserve (Bank Sentral AS), baru dilakukan besok, 19 Desember, rencana kebijakan komite itu sudah tersebar sejak jauh hari, membuat bisnis di AS kian nyaman.
Akibatnya, mata uang dolar AS mulai tersedot pulang kampung, kursnya menguat dramatis menaklukkan mata uang utama dunia. (detik.com, 15/12)
Untuk kawasan Asia, year on year (YoY) Desember 2013—2014, Yen terdepresiasi 15% terhadap dolar AS. Baht Thailand 6%, ringgit Malaysia 5-6%. Tanpa kecuali rupiah, kata Menko Perekonomian Syofyan Djalil, juga terperosok 2,5%, pada Senin tembus Rp12.700/dolar AS.
Gejala dolar pulang kampung itu oleh Sofyan Djalil disebut megatren. Karena ekonomi AS ternyata bagus sekali, dolar yang tadinya di luar, melihat opportunity di AS lebih baik. Oleh sebab itu, dolar mulai kembali ke AS. Itu yang menyebabkan depresiasi bukan hanya di Indonesia.
Depresiasi yen bahkan menyebabkan terjadinya resesi ekonomi (pertumbuhan minus) di Jepang, November lalu, hingga kebijakan ekonomi PM Shinzo Abe (Abenomics) dipertanyakan luas di negerinya.
Untuk mendapatkan dukungan baru rakyatnya, Minggu (14/12), Abe yang terpilih kembali pada 2012 menyelenggarakan pemilu khusus (semacam referendum) untuk pilihan kebijakan ekonomi dengan revisi Abenomics mengatasi resesi.
Ekses penguatan dolar kepada rupiah justru telak sejak awal bulan ini, akibat penarikan besar-besaran dana investor asing. Data Kementerian Keuangan bulan ini hingga 11 Desember 2014 tercatat penarikan dana investor asing mencapai Rp10,09 triliun atau 801 juta dolar AS dari pasar obligasi. (Kompas.com, 15/12)
Belum lagi dari bursa efek.
Jika kondisi ekonomi di AS lebih menguntungkan, dengan jaminan keamanan modalnya jauh lebih kondusif, jelas lebih unggul sebagai pilihan investor. Apalagi, rencana putusan FOMC yang ditunggu-tunggu itu penaikan suku bunga!
Kalau hal itu terjadi, arus dolar pulang kampung bisa mengguncang perekonomian dunia!
Bagi rupiah, tekanan itu saja belum cukup!
Perusahaan-perusahaan besar negeri ini sendiri pada akhir tahun selalu berusaha memborong dolar untuk bayar utang luar negeri—jumlah utang luar negeri swasta sudah menyamai, bahkan melampaui, utang pemerintah! Paduan semua tekanan itu pada rupiah, bukan mustahil kalau pada puncak bebannya nanti kurs rupiah bisa tembus Rp14 ribu/dolar AS! ***
0 komentar:
Posting Komentar