Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pertumbuhan 2015 Masih Lambat!

KAMIS (18/12), ada dua paparan yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 masih lambat. Di UGM, Yogyakarta, ekonom Bank Dunia Ahya Ichsan menyatakan tahun depan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,2%. 

Sedang di Jakarta, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di depan kepala daerah dalam Musrenbangnas menyatakan ekonomi Indonesia 2015 tumbuh 5,8%. (detikfinance, 18/12) Menurut Ahya Ichsan, ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi eksternal. 

Pemulihan ekonomi global yang berjalan perlahan membuat ekspor belum bisa menyumbang pertumbuhan. Namun, pada 2016, diperkirakan ketidakpastian ekonomi global sudah mulai reda. Dengan begitu, ekspor dan investasi bisa meningkat dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menkeu Bambang Brodjonegoro bahkan menuturkan amat buruknya akibat krisis keuangan di AS 2008 terhadap ekonomi Indonesia, sehingga pada 2009 hanya tumbuh 4,5%. Senada dengan ekonom Bank Dunia, Menkeu yakin 2016 kondisi global membaik dan ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 6%. 

Selanjutnya, pada 2017 akan bisa tumbuh di atas 7%, sesuai target pemerintahan Jokowi-JK. Di balik rentannya ekonomi Indonesia dari pengaruh eksternal, masalah utama yang harus dipacu adalah proses restrukturisasi ekonomi! 

Yakni, mengubah ekspor dari 65% komoditas mentah dan manufaktur (produk olahan) hanya 35%, menjadi komoditas mentah kurang dari 50%. Masalah dalam restrukturisasi itu pada terhambatnya investasi oleh korupsi yang masih mencengkeram birokrasi, terutama di pemerintahan daerah! 

Korupsi menghambat investasi, pertama karena menimbulkan kesan pada investor seperti masuk ke kolam gurita yang cuma jadi mangsa pengisapan rakus banyak tentakel! Karena, kedua, masih tebersit berita secara terselubung terjadi usaha pemalakan terhadap investor, di balik ramahnya senyum manis birokrat. 

 Belum lagi banyak faktor lain yang selama ini sudah menjadi alasan standar, dari soal aneka infrastruktur yang buruk sampai pungli yang tak kunjung selesai diatasi. Konon lagi, kondisi politik secara nasional yang kurang kondusif bisa membuat investor merinding! 

 Jadi, selain faktor eksternal yang di luar jangkauan kita mengatasinya, di sisi internal sendiri banyak hal yang harus dibenahi untuk memacu pertumbuhan yang sehat: Pertumbuhan yang tak hanya didukung pengerukan sumber daya alam mentah yang dijual murah! ***

0 komentar: