LEBIH dari 2.000 titik api secara serentak sejak Selasa (22/11/2016) membakar wilayah Israel dari Haifa—kota ketiga terbesar negeri itu (setelah Tel Aviv dan Jerusalem) di pantai Barat sampai batas timur negara di Jerusalem. Jalan raya utama penghubung ibu kota de jure Tel Aviv ke ibu kota de facto Jerusalem ditutup karena terkepung api.
Israel sendiri tak mampu mengatasi kebakaran amat besar itu sehingga mendatangkan bantuan memadamkan dari Amerika Serikat, Siprus, Rusia, Italia, Kroasia, Yunani, dan Palestina. Dengan delapan mobil pemadam dan 41 petugasnya, Palestina memadamkan 143 titik api dari Ramalah di Tepi Barat sampai Haifa.
Ketua tim pemadam Palestina, Abdulatif Abu Hamshah, mengatakan, "Tujuan para pemadam kebakaran adalah memadamkan api. Tidak perlu memandang agama atau hal-hal lain." Pasukannya telah kembali ke Ramallah Sabtu (26/11/2016) malam. (AFP/BBC, 29/11/2016)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menelepon Presiden Palestina Mahmud Abbas Minggu (27/11/2016) untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan yang dikerahkan sehingga hari itu semua api yang menghanguskan negerinya berhasil dipadamkan.
Sebelum itu, di tengah amukan api hingga 80 ribu orang di Haifa harus diungsikan karena api melalap rumah dan mobil warga di permukiman kota itu, media negeri itu menyebut peristiwa itu sebagai "intifadah kebakaran".
Maksudnya, kalau lazimnya para pemuda Palestina melakukan intifadah, perlawanan pada tentara Israel dengan lemparan batu, dengan tuduhan itu diasumsikan perlawanan dilakukan dengan menyulut kebakaran secara serentak di lebih dari 2.000 titik api, jadi "intifadah api".
Tuduhan itu dibuktikan dengan keberhasilan polisi Israel menangkap 12 orang yang dicurigai melakukan pembakaran di sekitar wilayah negeri tersebut selama empat hari. PM Netanyahu mengatakan jika api disulut dengan sengaja, akan dianggap sebagai tindakan terorisme.
Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett, pemimpin partai sayap kanan, mengisyaratkan keterlibatan orang Arab-Israel (warga Israel beretnis Arab) atau Palestina. Kebakaran serentak itu terjadi setelah PM Netanyahu mendukung RUU agar volume suara azan di masjid-masjid wilayah tersebut dibatasi tidak terlalu keras. Sekitar 17,5% warga Israel beretnis Arab, sebagian besar memeluk Islam.
Namun, Ayman Odeh, anggota parlemen orang Arab-Israel asal Haifa yang berpenduduk campuran Arab dan Yahudi, menolak tuduhan itu. "Pelaku pembakaran adalah musuh kita semua," tegasnya. ***
Ketua tim pemadam Palestina, Abdulatif Abu Hamshah, mengatakan, "Tujuan para pemadam kebakaran adalah memadamkan api. Tidak perlu memandang agama atau hal-hal lain." Pasukannya telah kembali ke Ramallah Sabtu (26/11/2016) malam. (AFP/BBC, 29/11/2016)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menelepon Presiden Palestina Mahmud Abbas Minggu (27/11/2016) untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan yang dikerahkan sehingga hari itu semua api yang menghanguskan negerinya berhasil dipadamkan.
Sebelum itu, di tengah amukan api hingga 80 ribu orang di Haifa harus diungsikan karena api melalap rumah dan mobil warga di permukiman kota itu, media negeri itu menyebut peristiwa itu sebagai "intifadah kebakaran".
Maksudnya, kalau lazimnya para pemuda Palestina melakukan intifadah, perlawanan pada tentara Israel dengan lemparan batu, dengan tuduhan itu diasumsikan perlawanan dilakukan dengan menyulut kebakaran secara serentak di lebih dari 2.000 titik api, jadi "intifadah api".
Tuduhan itu dibuktikan dengan keberhasilan polisi Israel menangkap 12 orang yang dicurigai melakukan pembakaran di sekitar wilayah negeri tersebut selama empat hari. PM Netanyahu mengatakan jika api disulut dengan sengaja, akan dianggap sebagai tindakan terorisme.
Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett, pemimpin partai sayap kanan, mengisyaratkan keterlibatan orang Arab-Israel (warga Israel beretnis Arab) atau Palestina. Kebakaran serentak itu terjadi setelah PM Netanyahu mendukung RUU agar volume suara azan di masjid-masjid wilayah tersebut dibatasi tidak terlalu keras. Sekitar 17,5% warga Israel beretnis Arab, sebagian besar memeluk Islam.
Namun, Ayman Odeh, anggota parlemen orang Arab-Israel asal Haifa yang berpenduduk campuran Arab dan Yahudi, menolak tuduhan itu. "Pelaku pembakaran adalah musuh kita semua," tegasnya. ***
0 komentar:
Posting Komentar