Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Tegangan Efek Trump pun Dimulai!

BAHKAN Donald Trump belum dilantik sebagai presiden pun, tegangan tinggi aura politiknya sudah menyengat kawasan Asia Timur, lewat wawancaranya di televisi Fox News, Senin (12/12/2016), yang menegaskan bahwa AS tak terikat dengan One China policy, yang selama beberapa dekade telah menjadi kesepahaman diplomasi antara Washington dan Beijing.
"Saya tak habis pikir mengapa kita harus terikat dengan One China policy, kecuali kita membuat kesepakatan dengan Tiongkok yang terkait hal-hal lain, misalnya perdagangan," ujar Trump seperti dikutip Kompas (13/12/2016) dari AP/AFP/Reuters.
Pemerintah Tiongkok melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang Senin menyatakan bahwa One China policy merupakan fondasi politik hubungan diplomatik AS-Tiongkok.
Atas dasar itu, ia menyampaikan kecaman paling keras Beijing terhadap Washington, "Kami mendesak pemimpin baru AS dan pemerintahnya untuk benar-benar mengerti betapa seriusnya isu Taiwan, dan tetap berpegang pada One China policy."
Tegangan tinggi efek Trump ini bermula pekan sebelumnya Trump dan Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen bicara lewat telepon. Ini pertama kali dalam 40 tahun seorang presiden AS atau presiden terpilih AS bicara secara terbuka dengan pemimpin Taiwan.
Selain itu, cuitan status Trump di Twitter menuduh Tiongkok telah memanipulasi mata uangnya, mengenakan pajak impor produk AS, dan memicu ketegangan di Laut Tiongkok Selatan. Atas kecaman Tiongkok, Trump dengan pilon berkata, "Mengapa pula negara lain harus mengatur mana telepon yang bisa diangkat dan mana yang tidak. Tentunya sangat tidak sopan jika saya tidak membalas teleponnya."
Atas sikap Trump yang selengekan atas masalah yang oleh Tiongkok dianggap amat serius itu, surat kabar Global Times, corong Partai Komunis Tiongkok, menulis tajuk berjudul, "Trump coba dengarkan baik-baik: One China tidak bisa didagangkan."
Tajuk itu secara provokatif menyebut bahwa di bidang diplomasi, Trump itu "bebal seperti anak-anak". Trump dianjurkan lebih banyak membaca buku-buku terkait hubungan AS-Tiongkok.
Bahkan tajuk itu mengancam, jika AS meninggalkan kebijakan One China, Beijing tak punya lagi alasan untuk tetap mempertahankan perdamaian dan akan menggunakan kekuatan untuk merebut kembali Taiwan.
Demikian tegangan efek Trump, salah-salah cuit Asia Timur bisa tersulut perang baru. Seperti hardik tajuk itu, mungkin Trump harus kena batunya dulu untuk memahami bahwa Tiongkok dan dunia tidak bisa dilecehkan. ***

0 komentar: