BELUM sebulan Donald Trump terpilih jadi Presiden Amerika Serikat (AS) dan baru akan dilantik Januari 2017, sampai akhir November 2016 terjadi capital outflow (modal asing kabur) dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp12,36 triliun.
Laju modal kabur itu bisa lebih deras jika Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuan yang telah tertahan sejak awal tahun. Berbagai acuan pada ekonomi AS cukup mendukung bagi langkah The Fed untuk menaikkan suku bunga.
Dengan suku bunga acuan The Fed yang lebih tinggi, menurut Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbaini, otomatis para pemilik dana untuk sementara waktu akan memilih menaruh uang di AS. "Kemarin kan isunya pemilu Presiden AS. Trump dikabarkan akan meningkatkan belanja infrastruktur. Artinya akan banyak dana yang keluar," ujar Hamdi. (Kompas.com, 2/12/2016)
Untuk menahan laju kaburnya modal asing itu, sering dilakukan dengan menaikkan suku bunga di dalam negeri. Karena pada akhirnya modal pemburu rente itu akan mencari return yang paling menguntungkan.
"Kalau dibandingkan suku bunga dengan pasar mana yang menawarkan lebih tinggi, mereka akan balik ke negara yang menawarkan return bagus," ujar Hamdi.
Namun untuk kembali menaikkan suku bunga, bagi Indonesia yang kini sedang mencapai posisi suku bunga acuan terendah sepanjang sejarah, yakni 4,75%, tidaklah mudah. Lebih lagi dengan suku bunga rendah itu diharapkan mendorong ekonomi lebih bergairah mencapai target pertumbuhan.
Jelas terlalu naif hanya untuk menahan laju capital outflow Trump effect harus dengan membongkar jangkar perekonomian nasional yang amat penting itu. Kalau masalahnya persaingan return terbaik yang bisa didapatkan dana asing di bursa global, justru memperbaiki dan meningkatkan terus kondisi perekonomian nasional yang kondusif dewasa ini menjadi jawaban terbaiknya.
Kondisi ekonomi nasional yang kondusif bisa memberi gain harian yang baik pada investor di BEI. Selain itu, kalangan perusahaan emiten juga bisa mencetak laba lebih bagus sehingga investor menerima dividen yang memuaskan setiap semester.
Tampak, untuk menahan laju capital outflow itu justru perlu stimulan yang lebih intensif pada perekonomian nasional, utamanya dunia usaha. Salah satunya, penurunan suku bunga perbankan nasional mengikuti suku bunga acuan BI yang rendah itu. Dengan realisasi suku bunga bank yang lebih meringankan dunia usaha, para pengusaha bisa lebih lincah mendukung pertumbuhan. ***
Dengan suku bunga acuan The Fed yang lebih tinggi, menurut Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbaini, otomatis para pemilik dana untuk sementara waktu akan memilih menaruh uang di AS. "Kemarin kan isunya pemilu Presiden AS. Trump dikabarkan akan meningkatkan belanja infrastruktur. Artinya akan banyak dana yang keluar," ujar Hamdi. (Kompas.com, 2/12/2016)
Untuk menahan laju kaburnya modal asing itu, sering dilakukan dengan menaikkan suku bunga di dalam negeri. Karena pada akhirnya modal pemburu rente itu akan mencari return yang paling menguntungkan.
"Kalau dibandingkan suku bunga dengan pasar mana yang menawarkan lebih tinggi, mereka akan balik ke negara yang menawarkan return bagus," ujar Hamdi.
Namun untuk kembali menaikkan suku bunga, bagi Indonesia yang kini sedang mencapai posisi suku bunga acuan terendah sepanjang sejarah, yakni 4,75%, tidaklah mudah. Lebih lagi dengan suku bunga rendah itu diharapkan mendorong ekonomi lebih bergairah mencapai target pertumbuhan.
Jelas terlalu naif hanya untuk menahan laju capital outflow Trump effect harus dengan membongkar jangkar perekonomian nasional yang amat penting itu. Kalau masalahnya persaingan return terbaik yang bisa didapatkan dana asing di bursa global, justru memperbaiki dan meningkatkan terus kondisi perekonomian nasional yang kondusif dewasa ini menjadi jawaban terbaiknya.
Kondisi ekonomi nasional yang kondusif bisa memberi gain harian yang baik pada investor di BEI. Selain itu, kalangan perusahaan emiten juga bisa mencetak laba lebih bagus sehingga investor menerima dividen yang memuaskan setiap semester.
Tampak, untuk menahan laju capital outflow itu justru perlu stimulan yang lebih intensif pada perekonomian nasional, utamanya dunia usaha. Salah satunya, penurunan suku bunga perbankan nasional mengikuti suku bunga acuan BI yang rendah itu. Dengan realisasi suku bunga bank yang lebih meringankan dunia usaha, para pengusaha bisa lebih lincah mendukung pertumbuhan. ***
0 komentar:
Posting Komentar