PILKADA atau pemilihan kepala daerah itu pesta rakyat, sehingga siapa pun calon yang terpilih rakyat yang menang! Itu bukan slogan atau jargon. Melainkan, itulah esensi dan realitasnya. Karena pilkada itu pesta, setiap calon kepala daerah sebagai peserta harus menyiapkan modal yang banyak. Utamanya modal uang tunai. Sebab, pesta itu, lazimnya dalam masyarakat kita, mengumpul orang banyak, memberinya makan enak, dilengkapi hiburan musik dan penyanyi. Pesta seperti itu terlihat saat kampanye di lapangan. Ribuan orang sejak pagi diangkut oleh penyelenggara kampanye dengan bus dan truk dari daerah sekitar lokasi kampanye. Karena acara kampanye di lapangan biasanya dilakukan tengah hari, saat naik angkutan mereka sudah dibagi konsumsi pestanya, yakni nasi bungkus dan sebotol air mineral. Nasi bungkus dengan ayam goreng atau malah rendang daging, bagi rakyat yang mayoritas biasa makan tempe atau ikan asin, jelas sudah mencerminkan suasana pesta. Apalagi di sela pidato sang calon kepala daerah, musik digeber semua massa bergoyang mengikuti iramanya, itu realitas pesta yang penuh riang gembira. Tidak peduli dibakar teriknya panas matahari, mereka benar-benar bersukacita bergoyang terus di bawah siraman air dari pemadam kebakaran yang disiapkan untuk mengurangi sengatan panas. Begitulah acara formal pilkada sebagai pesta rakyat. Tidak bisa tidak, semua biaya untuk itu harus ditanggung sang calon. Transportasinya, setiap 50 orang satu bus atau truk. Nasi bungkua dan air mineral secukupnya. Biaya panggung, lapangan, tarup serta musik dan penyanyinya. Terakhir saat mengantar pulang semua orang, tidak boleh lupa uang sabun untuk cuci bajunya yang kotor dan mandi orangnya. Semua itu alamiah dan sewajarnya sebuah pesta, selama ini belum digolongkan politik uang. Bayangkan bagaimana orang harus hadir di kampanye dengan meninggalkan sawah, ladang atau usahanya seharian, kalau tidak diberi transpor, makan, minum, dan uang sabun. Masih ada lagi yang lazim dibagikan, atribut kampanye! Kaus, ikat kepala, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan lainnya. Tradisi umum bagi masyarakat Timur, setiap ada undangan pesta harus dihadiri. Undangan dimaksud dari calon peserta pilkada lainnya. Pokoknya makin banyak calon bakal lebih sering pesta. Semua saudara sebangsa, semua harus mendapatkan dukungan yang sama. Semua merasa senang. Soal siapa yang bakal mendapatkan hatinya untuk dipilih saat di ruang coblosan, itu lain lagi urusannya. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar