JEROME Heyden Powell, disapa akrab Jay, seorang ahli hukum (lawyer) tanpa gelar doktor ekonomi atau keuangan, terpilih menggantikan Janet Yellen sebagai gubernur bank sentral AS The Federal Reserve (The Feds). Powell orang kedua tanpa gelar doktor ekonomi memimpin The Feds, setelah Paul Volker (1980). Jerome Powell lahir di Washingron DC, 4 Februari 1953, anak seorang pengacara praktik. Itu yang membuat dia menempuh jalur pendidikan hukum sampai meraih doktor di Georgetown University (1979). Dari kuliah ilmu hukum di Georgetown (1971), ia lanjut kuliah ilmu politik di Princeton University (1975). Dari situ ia memulai karier sebagai asisten legislatif untuk Senator Richard Schweiker dari Partai Republik (1975—1976). Ini yang membuat Powell dikenal sebagai Republikan. Sebelum selesai doktor hukumnya, ia menjadi pemimpin redaksi dari The Georgetown Law Journal. Selesai doktor hukumnya, Powell pindah ke New York sebagai sekretaris Hakim Elsworth Van Grafeiland di Pengadilan Tinggi. Pada 1981—1983 Powell bekerja di kantor pengacara Davis Polk & Wardwell, dan 1983—1984 di firma hukum Werbel & McMillen. Barulah 1984 Powell pindah memulai karier di Bank Investment Dillon, Read & Co, di mana ia konsentrasi dalam financing, merchant banking, merger dan akuisisi, hingga posisinya meningkat jadi vice president. Tahun 1990—1993 Powell bekerja di Departemen Keuangan saat Nicholas F. Brady, mantan bosnya di Dillon, Red & Co, jadi menteri keuangan. Sejak itu ia malang-melintang jadi pejabat teras di sektor keuangan, hingga 2012 dinominasikan Presiden Barack Obama masuk ke Dewan Gubernur The Feds. (Wikipedia) Meski diprediksi para ahli Powell bakal mengikuti gaya prudent Yellen, pidato perdananya di Kongres AS agresif hingga pasar keuangan global bergejolak, mengimbas rupiah yang menyentuh kurs terendah pekan lalu, Rp13.700/dolar AS. Meski ada stimulus pemangkasan pajak dan belanja Pemerintah AS, penaikan suku bunga acuan secara gradual dilanjutkan. Menurut Powell, dikutip Reuters (28/2/2018), seiring langkah itu The Feds menyeimbangkan antara risiko ekonomi yang overheating dan kebutuhan menjaga momentum pertumbuhan. "Federal Open Market Committee (FOMC) akan terus menyeimbangkan antara menghindari ekonomi yang overheating dan mengarahkan inflasi harga ke 2 persen secara berkelanjutan," ujar Powell. (Kompas.com, 1/3) Kebijakan mencapai keseimbangan baru lewat berbagai stimulus itu eksesnya menggoyang pasar keuangan global. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar