Artikel Halaman 8, Rabu 31-07-19
Kebebasan Sipil Indonesia Turun!
H. Bambang Eka Wijaya
DI balik kenaikan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) menjadi 72,39 pada 2018 dari 72,11 pada 2017 yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (29/7/2019), sebenarnya terjadi penurunan Kebebasan Sipil dan Hak-hak Politik di Indonesia.
Aspek Kebebasan Sipil dalam IDI 2018 turun menjadi 78,46 dibanding 78,75 pada 2017. Sedangkan aspek Hak-hak Politik turun lebih dalam menjadi 65,79 dari tahun sebelumnya 66,63. Adapun IDI meningkat berkat didukung aspek Lembaga Demokrasi yang meningkat dari 72,49 pada 2017 menjadi 75,25 pada 2018.
Tingginya peningkatan aspek Lembaga Demokrasi pada 2018 bisa dipahami berkat suksesnya pelaksanaan Pilkada Serentak di 170 daerah, termasuk 18 pilgub, pada tahun tersebut. Tetapi kenapa di tengah pesta demokrasi itu Kebebasan Sipil dan Hak-hak Politik menurun, itulah masalah yang layak menjadi perhatian khususnya bagi para aktor di pentas demokrasi.
Pengertian tentang Kebebasan Sipil secara universal luas sekali, yakni kebebasan pribadi yang pemerintah tidak bisa mencampurinya, baik oleh hukum maupun oleh tafsiran yudisial, tanpa alasan tertentu.
Meskipun setiap negara punya tafsiran sendiri, Kebebasan Sipil menyangkut kebebasan hati nurani, kebebasan pers, kebebasan beragama, kebebasan berkumpul, berbicara, berpendapat, kebebasan dari penyiksaan dan penghilangan paksa. Kebebasan itu merupakan hak, seperti hak diperlakukan sama di muka hukum, hak mendapatkan pengadilan yang adil, hak memiliki harta benda, hingga hak membela diri dan berintegritas.
Tapi Kekebasan Sipil di indeks demokrasi indikatornya bukan hanya terkait kelancangan pemerintah, melainkan juga kelancangan masyarakat terhadap hal-hal di atas. Salah satunya mungkin, yang menurunkan skor Kebebasan Sipil, adanya pemukulan terhadap sejumlah wartawan saat aksi massa di Monas pada November dan Desember 2018.
Sedangkan turunnya skor pada indikator Hak-hak Politik bisa ditebak salah satunya mungkin, tidak diperpanjangnya surat terdaftar di Menkumham atas ormas HTI tahun itu.
Kedua hal tersebut merupakan peristiwa yang terjadi pada skala nasional. Kemungkinan varian peristiwa lainnya amat banyak lagi yang bisa mempengaruhi indeks demokrasi, karena pendataan indikator ketiga aspeknya dilakukan sepanjang tahun di seluruh Tanah Air yang terdiri dari 11 variabel dengan 28 indikator.
Indeks demokrasi mengingatkan semua pihak untuk berperilaku demokratis, tidak suka memaksakan kehendak dan menghormati hak-hak orang lain. ***
Kata Kunci
Kebebasan Sipil Indonesia Turun!
Waspada, 'Digilir' Pinjaman Online!
Artikel Halaman 8, Selasa 30-07-19
Waspada, 'Digilir' Pinjaman Online!
H. Bambang Eka Wijaya
SATGAS Waspada Investasi mengecam keras pelecehan oleh layanan teknologi keuangan (fintech) ilegal yang memberikan pinjaman online terhadap wanita YI (51) di Solo sebesar Rp1 juta lalu menyebar foto YI di sejumlah grup WA dengan tulisan "Siap Digilir" untuk melunasi pinjaman yang telat bayar dua hari.
Satgas bergerak cepat melakukan pemblokiran situs dan aplikasi pinjaman online ilegal yang bernama Incash tersebut. Pemblokiran situs dan aplikasinya dilakukan melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Kami menilai cara seperti ini tak bisa ditolerir. Ini sudah sangat tidak manusiawi," ujar Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam Tobing. (Kompas.com, 26/7/2019) Menurut dia, apa yang dilakukan fintech tersebut sudah sangat keterlaluan dan masuk dalam ranah pidana yang menjadi kewenangan pihak kepolisian.
Sebelumnya, YI melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Solo Raya melaporkan tindakan fintech tersebut ke kepolisian. Kepada media, Ketua LBH yang mewakili YI, Sukadewa, menyayangkan tingginya bunga dan denda pada pinjaman online yang dialami kliennya.
"Klien kami membutuhkan sejumlah uang untuk biaya sekolah anaknya, lalu meminjam pada salah satu pinjaman online," tutur Sukadewa. YI lantas meminjam uang kepada pinjaman online, dengan nominal Rp1 juta rupiah pada sebuah aplikasi online yang ia download di playstore.
"Setelah klien kami men-download fintech dengan mengirimkan foto diri dengan KTP, dan nanti dengan hitungan jam sudah cair," ujar Sukadewa. Ia pinjam Rp1 juta, kena potongan Rp320 ribu, dia terima Rp680 ribu.
Dia pinjam belum ada sebulan, baru tujuh hari sudah kena bunga Rp70 ribu sehari, ada biaya keterlamabatan dan berbunga lagi.
Untuk menutup utangnya yang terus menggunung, dia kembali meminjam uang di pinjaman online lainnya.
"Pokok utang klien kami Rp4 juta pada 4 aplikasi, kemudian terus menggunung sekarang sudah mencapai Rp30 juta," kata Sukadewa. (Tribunnews, 25/7/2019)
YI menambahkan, semula dari utangnya sejumlah Rp680 ribu itu, dia harus mengembalikan Rp1,54 juta dalam tempo tujuh hari. "Saya sudah jatuh tempo, kemudian dia (salah satu dari pinjaman online) menelepon saya, mengejar untuk segera membayar dan meneror saya." Terornya membuat dan menyebar poster foto YI bertulisan "siap digilir" untuk melunasi pinjaman.
Demikian nasib YI, mengingatkan masyarakat agar waspada pada pinjaman online ilegal. Pinjam Rp1 juta diterima Rp680, sebulan membengkak jadi Rp30 juta. ***
Johnson Akhir Ketakpastian Brexit?
Artikel Halaman 8, Senin 29-07-19
Johnson Akhir Ketakpastian Brexit?
H. Bambang Eka Wijaya
GAGAL membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit), Theresa May jatuh dari kursi Perdana Menteri (PM) yang dijabatnya sejak 11 Juli 2016. Penggantinya, Boris Johnson Rabu 24 Juli 2019 dilantik Ratu Elizabeth II, langsung berjanji mengeksekusi Brexit.
Berlarutnya kegagalan mengeksekusi Brexit menjadi salah satu ketakpastian ekonomi global, karena Inggris dengan poundsterlingnya merupakan kekuatan penting di dunia. Tapi mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa memang tak mudah, karena 'warganya yang berpandangan maju' menolak dan terwakili mayoritas di parlemen. Dan terbukti, tembok itu tak berhasil ditembus Theresa May.
Kealotan itu sudah diperhitungkan oleh David Cameron, PM yang digantikan Theresa May. Cameron langsung mundur dari jabatan PM begitu hasil referendum memastikan suara mayoritas rakyat Inggris menghendaki keluar dari Uni Eropa. Karena itu, kemampuan Boris Johnson membawa Inggris keluar dari Uni Eropa, sekaligus mengakhiri salah satu ketakpastian global, merupakan sebuah ujian yang tidak ringan.
Pendukung suara Brexit (keluar dari Uni Eropa) itu utamanya kelompok tradisionalis diperkuat kelompok minoritas "berwarna", sehingga kasus Brexit selalu dijadikan salah satu contoh politik identitas. Mereka tergolong pihak yang tertinggal oleh kemajuan yang didapat dari orientasi ekonomi Inggris ke Uni Eropa. Karena tempat-tempat "basah" dalam perekonomian yang Eropa oriented itu lebih dikuasai kelompok yang "lebih beruntung".
Kelompok terakhir ini relatif kecil jumlahnya, hingga kalah dalam refeperendum, tapi secara politik hingga saat terakhir pun pengaruhnya dominan. Itu yang menjadi tantangan Johnson mengeksekusi Brexit.
Karena itu, langkah pertama Johnson usai dilantik, langsung mencopot 17 menteri "orde lama" dan menggantinya dengan para tokoh pendukung kuat Brexit. Kabinet Johnson pun menjadi kabinet dengan jumlah menteri keturunan minoritas dan perempuan terbanyak dalam sejarah Inggris.
Priti Patel, politisi wanita berdarah India, diangkat jadi menteri dalam negeri. Sajid Javid, bankir berdarah Asia-Inggris diangkat jadi menteri keuangan, yang dalam tradisi politik Inggris posisi tersebut sebagai menteri paling senior setelah PM.
Dalam pidato perdananya di Downing Street, seperti dikutip Kompas.com dari AFP (25/7) Johnson mengatakan, "Kami akan memenuhi mandat yang telah diberikan rakyat dan keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober. Ini bukan lagi soal apakah akan terjadi atau tidak." ***
Mendamba 'Tempe Merah Putih'! (2)
Artikel Halaman 8, Sabtu 27-07-19
Mendamba 'Tempe Merah Putih'! (2)
H. Bambang Eka Wijaya
UNTUK mewujudkan 'tempe merah putih', 100% kedelai lokal, target produksi kedelai nasional 2018 sebesar 2,9 juta ton digarap sejak APBN 2017 dengan areal tanam baru 210.000 ha dengan anggaran Rp270 miliar. Pada APBN P 2017, diperluas menjadi 500.000 ha dengan alokasi anggaran Rp661 miliar. Jadi, total areal tanam baru kedelai pada 2017 jadi 710.000 ha.
Mulyono, Kasubsit Kedelai Kementan berkata ke Tempo.co (8/10/2017), pada RAPBN 2018 diusulkan menambah areal tanam baru seluas 1,5 juta ha dengan alokasi anggaran Rp1,3 triliun. Alokasi anggaran berupa bantuan pupuk, benih, dan Rhizobium untuk areal tanam baru. Adapun area tanam swadaya petani seluas 300.000 ha.
Hasilnya, berdasarkan data BPS, total panen kedelai nasional pada 2018 sebesar 982.598 ton. Berarti, hampir 2 juta ton sisa dari target semula masih terbuai mimpi. Sehingga, impor kedelai pun pada 2018 masih sebesar 2,58 juta ton. Namun, segala daya untuk mencapai target tetap layak diapresiasi, karena tanpa impian tak ada gambaran untuk diwujudkan.
Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, Indonesia harus memiliki setidaknya ketersediaan lahan 2,5 juta ha untuk bisa swasembada kedelai.
"Amerika Serikat punya 30 juta hektare untuk kedelai. Kita kalau bisa mencapai 2,5 juta ha lahan sudah swasembada. Masalahnya lahan yang sesuai untuk kedelai sangat terbatas," kata Gatot. (Antara, 11/1/2019)
Hal itu karena lahan kedelai harus memiliki kadar pH yang netral dengan kedalaman minimal 20 cm. Sejumlah daerah di luar Jawa memiliki tanah yang masam, sehingga kadar pH-nya harus dinetralkan. Selain itu, jelas Gatot, jumlah hama kedelai yang mencapai 27-29 jenis juga menambah biaya produksi petani.
Sementara itu, peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Arief Nugraha menyebut, kedelai sebenarnya merupakan tanaman subtropis, sehingga pertumbuhan di daerah tropis seperti di Indonesia menjadi tidak maksimal. Iklim menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas kedelai.
Selain itu, lanjut Arief, kedelai adalah jenis tanaman yang membutuhkan kelembaban tanah yang cukup dan suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang optimal. Sementara di Indonesia, curah hujan yang tinggi di musim hujan mengakibatkan tanah menjadi jenuh air. Drainase yang buruk juga menyebabkan tanah jadi kurang ideal bagi pertumbuhan kedelai.
Jadi, tak kurang alasan kenapa kita tak bisa segera menikmati 'tempe merah putih'. (Habis)
Mendamba 'Tempe Merah Putih'!
Artikel Halaman 8, Jumat 26-07-19
Mendamba 'Tempe Merah Putih'!
H. Bambang Eka Wijaya
DI Grobogan, Jawa Tengah, beberapa tahun lalu berdiri Rumah Kedelai Grobogan (RKG), pusat pengembangan kedelai lokal. Idenya, mendamba 'tempe merah putih' yang terbuat 100% dari kedelai produksi dalam negeri, menggantikan kedelai impor yang mendominasi pembuatan tahu dan tempe di negeri kita.
RKG sebuah unit terpadu dilengkapi berbagai fasilitas pembelajaran pertanian kedelai, pengolahan, serta promosi dan penjualan hasilnya. Upaya perluasan kedelai lokal oleh RKG ini telah berkembang ke 12 provinsi dan 25 kabupaten. Produksi kedelai lokal mereka juga telah meningkat dari 28.980 ton pada 2013 menjadi 54.065 ton pada 2018.
Gagasan meningkatkan produksi kedelai lokal menggantikan kedelai impor tentu sangat terpuji. Hanya dengan cara demikian kita bisa secara bertahap tapi pasti bisa mengurangi impor kedelai, sampai akhirnya kelak mencapai swasembada kedelai.
Soalnya, Indonesia memang masih tergantung pada kedelai impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 16 Januari 2019, impor kedelai dari Amerika Serikat (AS) masih mendominasi. Sepanjang 2018, dari total impor kedelai sebanyak 2,58 juta ton dengan nilai 1,10 miliar dolar AS, kedelai dari AS jumlahnya mencapai 2,52 juta ton dengan nilai 1,07 miliar dolar AS.
Selain dari AS, impor kedelai juga dari Kanada sebanyak 54,53 ribu ton dengan nilai 24,73 juta dolar AS, lalu dari Malaysia sebanyak 10,41 ribu ton dengan nilai 6 juta dolar AS, juga ada impor dari Selandia Baru dan Prancis.
Khusus impor kedelai dari AS 2018 itu turun dibanding tahun 2017 sebanyak 2,63 juta ton dengan nilai 1,13 miliar dolar AS. (detik-finance, 16/1/2019)
Penurunan jumlah impor kedelai tersebut selain berkat peningkatan produksi dalam negeri seperti yang diupayakan RKG, juga berkat usaha pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewujudkan swasembada kedelai.
Kepala Subdit Kedelai Kementan Mulyono mengatakan pada Tempo.co (8/10/2017), Kementan menargetkan produksi kedelai bisa mencapai 2,9 juta ton pada 2018. Jika target itu tercapai, artinya Indonesia akan mencapai target swasembada kedelai. Total kebutuhan kedelai nasional 2018 sebesar 2,4 juta ton.
Untuk mencapai target tersebut, selain dana APBN Perubahan 2017 untuk perluasan areal tanam baru ditingkatkan dari Rp270 miliar menjadi Rp661 miliar, pada RAPBN 2018 alokasi anggran dinaikkan lagi menjadi Rp1,3 triliun.
Tapi nyatanya impor kedelai 2018 masih 2,58 juta ton. Bagaimana ceritanya? (Bersambung)
"Lamun Sira Sekti, Aja Mateni"!
Artikel Halaman 8, Kamis 25-07-19
"Lamun Sira Sekti, Aja Mateni"!
H. Bambang Eka Wijaya
PRESIDEN Joko Widodo Jumat (19/7/2019) mengunggah ke akun resminya di Twitter video berdurasi 15 detik berisi tayangan seorang tokoh wayang memberikan setangkai padi kepada seorang pria bertelanjang dada. Dalam video itu Jokowi berkata, "Lamun sira sekti, aja mateni." Terjemahan bebasnya, "Meskipun Anda sakti, jangan membunuh".
Pitutur yang diucapkan Jokowi itu ajaran moral dalam peribahasa yang bersifat umum dalam masyarakat Jawa, khususnya digunakan guru (begawan) kepada murid (cantrik)-nya: para kesatria. Ajaran sejenis hidup dalam memori kolektif masyarakat Jawa, merupakan inti ajaran moral yang luhur dalam literasi Jawa.
Literasi ajaran luhur itu populer di masyarakat seperti Serat Wulangreh karya Pakubuwono IV, Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV, dan lainnya. Jokowi berasal dari masyarakat tersebut.
Pitutur yang diucapkan Jokowi itu sebenarnya merupakan kalimat terakhir dari tiga kalimat serangkai. Lengkapnya, "Lamun sira pinter, aja minteri. Lamun sira banter, aja ndisiki. Lamun sira sekti, aja mateni". Artinya, "Meskipun Anda pintar, jangan menipu (atau membohongi). Meskipun Anda kencang, jangan mendahului. Meskipun Anda sakti, jangan membunuh".
Inti ajaran moral tersebut adalah agar bersikap tenggang rasa, tidak mentang-mentang, tidak sok kuasa hingga sewenang-wenang. Dalam politik tidak mentang-mentang kuat lalu menginjak atau menindas yang lemah. Di dunia usaha, yang kuat jangan merugikan apalagi "mengadali" yang lemah. Itu sejalan dengan ungkapan "menang tanpa ngasorake", menang tanpa merendahkan yang kalah.
Begitulah sikap hidup kesatria yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kondisi masyarakat yang sempat tenggelam dalam hoaks dan ujaran kebencian, terpelintir dalam kelirumologi, gambar dan ucapan yang baik diedit menjadi bersalahan, unggahan Jokowi atas ungkapan nilai luhur itu bisa menjadi oase yang menyejukkan.
Oase di mana berkembang trilogi watak dasar kesatria, yakni jujur, benar, dan adil. Jujur, membentuk manusia kesatria berintegritas, yang tepercaya. Benar, selalu apa adanya, tak suka memutar balik fakta, senantiasa tabayun --cek dan ricek-- informasi yang didapat, dan selalu membela yang benar. Adil, selalu tepat menempatkan sesuatu, proporsional, tidak mau mencari keutungan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang lain, apalagi orang banyak, masyarakat, bangsa.
Uniknya, sejumlah sikap luhur kesatria itu menjadi bagian dari 36 butir nilai Pancasila. ***
Impor Kopi Robusta Turun Drastis!
Artikel Halaman 8, Rabu 24-07-19
Impor Kopi Robusta Turun Drastis!
H. Bambang Eka Wijaya
DATA Badan Pusat Statistik (BPS), impor kopi robusta dari Vietnam ke Indonesia sepanjang Januari-Juni 2019 menurun drastis menjadi 16.617 ton, dibanding priode sama tahun lalu 65.168 ton.
Moelyono Soesilo, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), mengakui, impor sepanjang Semester I 2019 mengalami penurunan drastis. Salah satu penyebabnya karena harga kopi jenis robusta yang turun ke level terendah selama lima tahun terakhir pada 2019.
"Tahun ini harga rata-rata kopi robusta Rp22.000/kg, turun jauh dari awal tahun lalu yang sempat mencapai Rp28.000/kg. Di samping itu, harga kopi robusta di Vietnam sama dengan kopi kita, sehingga industri domestik memilih menyerap dari produksi dalam negeri," kata Moelyono ke Yustinus Andri dari Bisnis.com. (17/7/2019)
Penurunan harga itu salah satu penyebabnya adalah sisa stok produksi dan impor tahun lalu yang cukup tinggi pada awal 2019, yakni mencapai 40.000 ton. Pada tahun lalu, stok awal tahun hanya berkisar 18.000 ton.
Selain itu, penurunan impor kopi robusta tahun ini dibanding tahun lalu, juga disebabkan oleh meningkatnya produksi petani.
Berdasarkan data AEKI, produksi kopi robusta nasional tahun lalu kurang dari 600.000 ton. Sedangkan tahun ini diprediksi produksinya naik 20% dari tahun lalu.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan, penyerapan industri dalam negeri terhadap kopi robusta tahun ini naik hingga 14% dibanding tahun lalu yang mencapai 350.000 ton. Sisa dari produksi yang tidak terserap industri dalam negeri, diekspor oleh produsen.
Sementara Ketua Umum Gabungan Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (Gaeki) Hutama Sugandhi menyatakan, penurunan impor kopi tahun ini disebabkan oleh peningkatan produksi dan turunnya harga kopi nasional. Sebaliknya di Vietnam, pada waktu yang sama produksi kopi robusta mengalami penurunan sehingga harganya naik.
Karena itu, industri dalam negeri yang biasa menggunakan kopi impor dari Vietnam karena harganya lebih murah untuk produksi kopi olahan, mengalihkan konsumsinya ke produksi dalam negeri.
"Impor kopi kita, terutama robusta mayoritas datang dari Vietnam. Ketika kopi di negara tersebut setara dengan harga di negara kita, produsen pasti memilih menggunakan produk dalam negeri. Apalagi kopi Vietnam kan kualitasnya di bawah kopi Indonesia," ujar Sugandhi.
Demikianlah nasib kopi robusta, produksi kebanggaan Lampung, di industri dalam negeri pun menjadi pilihan kedua, setelah kopi impor. ***
Menurun, Tekanan Global dan Domestik!
Artikel Halaman 8, Selasa 23-07-19
Menurun, Tekanan Global-Domestik!
H. Bambang Eka Wijaya
BERKAT menurunnya ketidakpastian global serta rendahnya inflasi ke depan dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik, Rapat Dewan Gubeenur Bank Indonesia Kamis (18/7/2019) memangkas sukubunga acuan BI 7 Days Reverse Revo Rate 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Sejak November 2018, sukubunga acuan BI sebesar 6%.
Ketidakpastian global yang menekan sejak awal adalah kenaikan beruntun sukubunga acuan bank sentral AS (The Fed), yang kuartal III tahun lalu diperparah dengan perang dagang AS-Tiongkok. Puncak kemelutnya triwulan IV 2018, sehingga imbasnya kurs rupiah hingga mencapai Rp15.200/dolar AS.
Tapi belakangan, akibat perang dagang itu sendiri ekonomi AS jadi kurang nyaman hingga perlu langkah pengaman dengan kembali menurunkan sukubunga 50 bps lebih dari satu kali tahun ini. Sedang terkait perang dagang AS dan Tiongkok kembali ke meja perundingan dengan pihak AS cenderung melunak, Trump membuka peluang perusahaan negerinya kembali berdagang dengan Huawei.
Sedangkan tekanan terhadap perekonomian domestik yang berpangkal pada persaingan politik selama proses pemilu 2019, mereda dengan usainya pemilu. Bahkan situasi dan kondisi menjadi lebih mantal setelah pertemuan Jokowi dengan Prabowo di MRT, sekaligus mengakhiri potensi konflik politik domestik, setidaknya empat tahun ke depan.
Demikianlah menurunnya ketidakpastian global dan domestik, dan langkah BI termasuk "revolusioner" yang telah mendahului The Fed memangkas sukubunga acuannya. Itu pertanda bahwa BI juga tak sabar untuk lebih cepat menurunkan sukubunga kredit perbankan, sehingga industri segera bergairah dan ekspor terpacu mengejar ketertinggalan nilai pendapatan ekspor, utamanya dari sesama negeri ASEAN seperti Vietnam.
Untuk itu, menurut Gubernur BI Perry Wardjiyo, sebelum BI menurunkan sukubunga acuan, sukubunga kredit perbankan sudah turun 23 bps. Begitu pula dengan sukubunga deposito yang tahun ini turun tipia 5 bps, sementara jika dihitung sejak tahun lalu 15 bps.
Catatan per April 2019, rata-rata bunga deposito 12 bulan 6,94%, sedangkan rata-rata sukubunga kredit modal kerja 10,53%. (Kompas.com, 18/7/2019)
Bunga kredit perbankan memang cenderung tidak terikat sepenuhnya pada suku bunga acuan, tapi lebih dekat ke hukum pasar. Contohnya Juli 2018 saat sukubunga acuan masih 4,25%, rata-rata bunga kredit modal kerja sebesar 12,13%. Pada April 2019 saat sukubunga acuan 6%, bunga rata-rata kredit modal kerja 10,53%--lebih rendah. ***
Implan Otak, Tunatra Bisa 'Melihat' Kembali!
Artikel Halaman 8, Minggu 28-07-19
Implan Otak, Tunanetra
Bisa 'Melihat' Kembali!
H. Bambang Eka Wijaya
USAI implan otak, enam pasien yang telah buta bertahun-tahun mendapatkan kembali kemampuannya untuk melihat. Elektroda yang ditanamkan di kepala mengirimkan video dari kamera pada kacamata langsung ke otak, tanpa melewati mata dan saraf optik yang berfungsi mengirimkan informasi visual ke korteks visual otak.
Para spesialis dari Baylor Medical College di Texas dan University of California Los Angeles, AS, untuk menguji teknologi ini meminta para partisipan mengidentifikasi dan memberitahukan keberadaan kotak putih yang muncul secara acak di layar monitor. Mayoritas partisipan mampu mengetahui letak kotak putih dengan menggunakan implan yang terhubung pada kacamata mereka.
Teknologi ini juga diuji coba oleh para partisipan dalam kehidupan sehari-hari, lansir Press Association dikutip sains.Kompas.com (13/7/2019).
Salah seorang partisipan, Paul Philip, yang telah buta selama hampir satu dekade berkata, ketika dia menggunakannya untuk berjalan-jalan bersama istrinya, dia bisa mengetahui di mana batas jalan dan rumput. Dia juga mengatakan bisa mengetahui letak sofa putihnya di rumah dengan implan dan kacamata.
Menanggapi terobosan ini, dosen di Univeraity College London dan dokter bedah di Optegra Eye Hospital, Alex Shortt, mengatakan bahwa teknologi ini membuka peluang banyak potensi bagi banyak orang.
"Sebelumnya semua percobaan untuk menciptakan mata bionik, berfokus untuk mengimplan mata. Artinya, Anda butuh mata dan saraf mata yang bekerja dengan baik," ujar Alex.
"Dengan melompati mata sepenuhnya, Anda membuka potensi bagi banyak orang. Ini merupakan perubahan paradigma dalam mengobati orang dengan kebutaan total. Ini merupakan pesan harapan yang sesungguhnya," tambah Alex.
Sayangnya, teknologi ini belum pernah diuji coba pada pasien yang telah buta sejak lahir. Peneliti studi dan dokter bedah otak Daniel Yashor pun mengakui bahwa hasil kerjanya bersama tim ini masih jauh dari apa yang mereka ingin capai.
"Ini merupakan saat yang sangat menyenangkan di bidang neurosains dan neuroteknologi dan saya masih merasa bahwa dalam hidup saya, kita akan bisa mengenbalikan kemampuan melihat yang fungsional bagi orang-orang yang buta," ujar Yashor.
Temuan awal mata yang buta bisa dilangkahi dengan kacamata sebagai video dan lewat elektroda yang ditanam di kepala mengirim informasi yang bisa diproses bagian visual otak, menjadi langkah awal penting bagi harapan tunanetra bisa kembali melihat. ***
Turki Ditendang dari Program F-35!
Artikel Halaman 8, Senin 22-07-19
Turki 'Ditendang' dari Program F-35!
H. Bambang Ela Wijaya
TURKI 'ditendang' Amerika Serikat (AS) dari program jet tempur F-35 akibat tetap membeli sistem pertahanan peluru kendali S-400 dari Rusia yang telah mereka terima pekan lalu. Padahal, Turki telah memesan 100 unit F-35, dengan imbalan dapat bagian mengerjakan 900 komponen jet siluman itu di negerinya.
Wakil Menteri Pertahanan AS Ellen Lord dikutip Al Jazeera Kamis (18/7/2019) mengatakan, "AS dan mitra F-35 lainnya selaras dengan keputusan untuk menangguhkan Turki dari program dan memulai proses untuk mengeluarkan mereka."
Menurut Lord, keputusan tersebut membawa konsekuensi bagi AS, yakni memindahkan rantai pasokan komponen F-35 yang bakal menelan biaya hingga 600 juta dolar AS atau setara Rp8,3 triliun. Pembuatan 900 komponen jet tempur siluman itu bakal diambil oleh perusahaan AS.
Lord menyebut Turki bakal menyesal karena melepas kerja sama ekonomi dan kehilangan pekerjaan dalam jumlah besar akibat pembelian S-400. Mereka tidak akan menerima lebih dari 9 miliar dolaf AS atau Rp125,4 triliun yang berkaitan dengan pembagian proyek gabungan masa pakai F-35.
AS mengumumkan keputusan tersebut lima hari setelah Turki menyatakan telah menerima S-400 yang dipesannya dari Rusia. AS dan NATO sejak jauh hari mengingatkan Turki agar membatalkan pembelian tersebut.
Sementara itu juru bicara Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan, keputusan Turki membeli S-400 dari Rusia membuat masa depan partisipasi mereka di F-35 jadi mustahil.
"Pesawat tempur gabungan F-35 dikhawatirkan bakal dipelajari oleh Rusia melalui media pengumpulan informasi intelijen mereka," ujar Grisham dikutip Kompas.com dari AFP. (18/7/2019) Menurut dia, sebenarnya AS sudah berkali-kalu menawarkan sistem Patriot kepada Turki, tapi mereka ngotot beli S-400.
"Pembelian itu akan berdampak buruk kepada interoperabilitas (kemampuan kerja sama dalam operasi) Turki dengan aliansi (NATO)," tutur Grisham.
Namun demikian, AS sebenarnya belum patah arang terhadap Turki. Grisham menegaskan, Washington masih "sangat menghargai" hibungan dengan Ankara dan akan terus bekerja sama dengan mereka dalam skala yang lebih besar.
Hal itu senada dengan gelagat Presiden Trump yang enggan mengkritik Erdogan, tapi malah menyalahkan Obama yang di eranya menolak memberikan Patriot ke Turki.
"Ini adalah situasi sulit yang mereka alami, begitu juga dengan kami. Dengan apa yang mereka kemukakan, kami tengah mengupayakan sesuatu," jelas Trump. "Mari lihat hasilnya." ***
Fighting Spirit Lepas Kemiskinan!
Artikel Halaman 8, Sabtu 20-07-19
'Fighting Spirit' Lepas Kemiskinan!
H. Bambang Eka Wijaya
DI zaman penjajahan tempo doeloe, buruh perkebunan di Sumatera Utara disebut kuli kontrak. Mereka didatangkan dari Jawa. Kalau sakit mereka ditampung di Kamar Tempo, sejenis poliklinik rawat inap sederhana yang ditangani mantri.
Mantrinya cermat, hanya yang benar-benar sakit dilayani dan boleh istirahat di Kamar Tempo. Kalau yang hanya kelelahan coba-coba istirahat menikmati Kamar Tempo, oleh mantri diberi layanan spesial. Jika mengaku demam, diberi pil kina yang harus dilahap di depan mantri. Kalau mengaku sakit perut, diberi garam inggris.
Akibatnya, yang diberi pil kina sehari mulutnya menderita kepahitan tak kepalang, banyak minum pun pahitnya tak hilang. Sedang yang diberi garam inggris, sepanjang hari tak henti buang air besar, tak bisa istirahat.
Paksaan kerja berat tanpa istirahat membuat kuli kontrak bulat tekadnya untuk keluar dari penindasan saat habis kontrak tiga tahun. Kebulatan tekad itu menjadi fighting spirit atau semangat juang mereka untuk lepas dari penderitaan.
Untuk itu, meski gaji kecil, mereka menabung. Ditambah ongkos pulang ke Jawa saat habis kontrak, mereka tidak pulang ke Jawa. Sebab, sampai Jawa uangnya bisa habis dan kembali tak punya apa-apa. Mereka umumnya dengan uang yang sedikit itu membeli tanah garapan di sekitar wilayah perkebunan. Maka itu, sejak zaman penjajahan desa-desa di sekitar perkebunam itu diberi nama beridiom Jawa, termasuk yang kini jadi kota Medan. Beda dengan provinsi lain yang nama beridiom Jawa itu umumnya bawaan transmigran.
Kata kunci kuli kontrak bertekad bulat melepas penderitaan kuli dan keluar dari perkebunan adalah fighting spirit atau semangat juang mereka. Mungkin, semangat sejenis yang diperlukan warga miskin untuk lepas dari kemiskinan yang menjeratnya.
Semangat itu di Lampung terkesan kurang menonjol di kalangan warga miskin. Buktinya, jumlah orang miskin di Provinsi Lampung Maret 2019 sebanyak 1.06 juta jiwa atau 12,62% dari penduduk, hanya berkurang 30 ribu orang sepanjang satu semester, dari September 2018 sebanyak 1,09 juta jiwa atau 13,01%. Jauh dari prosentase nasional, Maret 2019 pada 9,41%.
Padahal warga miskin itu mendapat berbagai bantuan, program keluarga harapan (PKH), BPJS Kesehatan, dan sebagainya, tapi mereka "bertahan" hidup di bawah garis kemiskinan.
Untuk menyulut semangat juang hengkang dari lembah kemiskinan, mungkin mereka perlu disiapkan Kamar Tempo dan mantri yang siap dengan pil kina dan garam inggris. ***
Rupiah Parkir di Level 13.900/Dolar!
Artikel Halaman 8, Jumat 19-07-19
Rupiah Parkir di Level 13.900/Dolar!
H. Bambang Eka Wijaya
SEJAK tembus ke level di bawah Rp14.000 per dolar AS Jumat sore (12/7/2019), Rupiah pekan ini bertahan parkir di level Rp13.900 per dolar AS. Setelah ditutup pada Rp13.999 Jumat petang, Senin pagi (15/7) rupiah dibuka menguat pada Rp13.990 per dolar AS, dan di pasar spot ditutup pada Rp13.920 atau menguat 0,63%.
Meski tipis, Selasa pagi rupiah masih terus menguat ke Rp13.918 per dolar AS, dengan potensi mampu bertahan di level 13.900 untuk menunggu sentimen positif buat menguat lebih baik lagi pekan berikutnya.
Rupiah menguat signifikan berkat faktor domestik maupun ekternal. Faktor domestik diumumkannya akhir pekan lalu surplus neraca perdagangan dua bulan berturut-turut. Setelah bulan Mei surplus 210 juta dolar AS, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan pada bulan Juni kembali surplus 198 juta dolar AS.
Kondisi tersebut memperkuat perekomomian nasional, setelah di sektor moneter cadangan devisa juga sejak akhir bulan lalu telah kembali menjadi 123,82 miliar dolar AS. Cadangan devisa ini telah pulih dari kemerosotan hingga 114 miliar dolar AS ketika gonjang-ganjing rupiah terperosok ke 15.200 per dolar AS.
Sedangkan dari segi politik, pertemuan Presiden Jokowi dan Prabowo di MRT Sabtu pagi, menekan nyaris ke titik nadir potensi konflik nasional dalam jangka menengah, sehingga rupiah menjadi amat kondusif pekan ini. Jika tak ada masalah yang luar biasa, potensi rupiah untuk terus menguat terbuka oleh situasi politik yang semakin sejuk.
Sedangkan untuk faktor eksternal, ada dua hal yang kondusif bagi rupiah. Pertama, meski pertumbuhan ekonomi Tiongkok 6,2% kuartal II 2019, terendah sejak 1992, kenaikan pertumhuhan industri 6,3% pada Juni yang lebih tinggi dari Mei, ritel yang naik 9,8%, dan lonjakan penjualan mobil 17,2%, menyisakan peluang bagi Indonesia selaku pemasok bahan baku.
Sedang kabar baik dari AS, pidato Gubernur The Fed di Senat mengisyaratkan rencana penurunan sukubunga The Fed dua kali atau lebih tahum ini. Ini sekaligus bakal mendorong arus masuk dana ke obligasi dan pasar saham.
Mamun demikian, peringatan dari Biro Statistik Tiongkok layak disimak, bahwa ekonomi mereka tetap dalam situasi yang kompleks, dengan ketidakpastian eksternal meningkat. Artinya, perisai agar ekonomi kita tak mudah masuk angin dan bantalan menjaga kenyamanan dari goncangan global, perlu dipasang dalam sistemnya. Contohnya, segera mainkan biodiesel B100 untuk mengobati defisit impor migas yang kronis. ***
Kemiskinan Turun Terus Jadi 9,41pCt!
Kemiskinan Turun Terus Jadi 9,41%!
H. Bambang Eka Wijaya
KEMISKINAN di Indonesia terus turun, menjadi 25,14 juta jiwa atau 9,41% pada Maret 2019 dibanding 25,67 juta jiwa atau 9,66% pada September 2018. Jumlah penduduk Indonesia 2019 diproyeksikan sebanyak 266,9 juta jiwa.
Berkurangnya jumlah orang dari bawah garis kemiskinan sebanyak 530 ribu jiwa dalam satu semester, berarti untuk mengentaskan 25,14 juta jiwa sisanya dari bawan garis kemiskinan perlu waktu selama 50 semester alias 25 tahun. Itu tentu waktu yang terlalu lama untuk dilakoni warga miskin.
Kenapa hasil pengentasan kemiskinan di negeri kita terkesan kurang menohok, padahal berbagai program terkait yang dijalankan cukup besar anggarannya. Lihat saja program keluarga harapan (PKH) dengan nilai bantuan untuk per orang anak SMA Rp1,5 juta, SMP Rp1 juta, dan SD Rp750 ribu.
Ibu hamil dan menyusui serta anak balita mendapat tunjangan tersensiri lagi, dengan bantuan dasar rutin pula utuk keluarganya. Ditambah dana BOS dan beasiswa khusua anak keluarga tak mampu, bantuan pangan nontunai (BPNT) sampai gratis berobat dengan iuran BPJS Kesehatan 96 juta warga kurang nampu ditanggung APBN.
Pokoknya tak adalah kurangnya perhatian pemerintah kepada mereka. Tapi kenapa hasilnya kurang sebanding?
Jawabnya karena segala bantuan yang diguyurkan pemerintah itu bagi sebagian besar warga miskin penerimanya secara efektif baru sebatas menolong mereka untuk survival (bertahan hidup). Itu salah satunya karena kemiskinan di negeri ini bersifat historis struktural, warisan zaman ke zaman.
Justru setiap rezim kontemporer berusaha keras mengangkat mereka dari bawah garis kemiskinan, dengan segala daya upaya yang mampu dilakukan di antaranya sebagai unjuk prestasi, tapi hasilnya selalu kurang maksimal.
Sebenarnya bukanlah rahasia, itu karena kemiskinan struktural akibat penindasan di masa lalu itu, telah mengakibatkan kelumpuhan intrinsik kaumnya. Sehingga, tanpa kebangkitan para aktornya sendiri melepas belenggu kemiskinan atas diri mereka, sukar mengangkatnya dari jurang kemiiskinan. Tanpa upaya pembangkitan dari diri mereka sendiri, bantuan yang bertubi-tubi malah bisa membuat mereka terlena merasa "dimanja" oleh bantuan cuma-cuma.
Mungkin harus ada yang mampu memainkan simfoni pedagogy of the oppressed-nya Paulo Freire, dengan menghadirkan kelembagaan yang membuat mereka sadar dan bangkit memperbaiki nasib kaumnya sendiri. Sebab, nasib suatu kaum tak akan berubah jika kaum itu sendiri tak berusaha mengubahnya. ***
Bening Hati, Sikat Makelar Pilitik!
Bening Hati, Sikat Makelar Politik!
H. Bambang Eka Wijaya
BENINGNYA hati Jokowi dan Prabowo yang sama-sama mengenakan kemeja putih dalam pertemuan dari setasiun Moda Raya Transport (MRT) Lebak Bulus hingga makan di Senayan, Sabtu pagi (13/7/2019), telah menumpas tuntas segala upaya para makelar politik yang telah menyiarkan rancangan garapan untuk memetik keuntungan dari pertemuan tersebut.
Politik memang belum bisa lepas dari faktor kepentingan. Tapi dengan pernyataan tulus 'ini pertemuan dua sahabat, dengan semangat persaudaraan sebangsa, merajut kembali silaturahim yang terpengaruh oleh persaingan keras selama Pemilu', segala kepentingan yang bersifat embel-embel berhiarki rendah langsung kandas tinggal khayalan.
Dengan pertemuan ini tak ada lagi cebong, tak ada lagi kampret, tegas Jokowi. Itu disepakati Prabowo dengan bertepuk tangan. Meskipun, dengan nada berat dari dalam hatinya Prabowo bergumam (harus mengesampingkan) "banyak yang kecewa".
Demikianlah riwayat gugurnya segala macam embel-embel yang sudah disiapkan makelar politik untuk diusung pada pertemuan ini. Dan untuk selanjutnya menjadi keharusan untuk dengan sekuat daya upaya masyarakat bangsa mengembangkan politik bening hati lewat salam, "Good Bye makelar politik!'
Artinya, tingkat kepentingan politik untuk pemimpin sekala nasional itu semestinya berhirarki teratas, kepentingan negara-bangsa. Tidak terbelit atau dibelit-dibelit kepentingan sempit kelompok, apalagi kepentingan pribadi. Untuk itu, masyarakat dituntut bijaksana, tidak menumpukan segala kepentingan tetek-bengek hirarki bawah pada pemimpin nasional. Masyarakat harus belajar menempatkan setiap masalah atau kepentingan sesuai hirarki kepemimpinannya. Dengan realitas, pemimpin semua jenjang itu dipilih langsung oleh rakyat.
Hal itu dimaksudkan untuk bisa menyikat habis makelar politik yang sengaja mempermainkan kehidupan masyarakat dengan isu-isu yang mengesampingkan kepemimpinan lokal, dengan membuai rakyat untuk meyakini semua masalah mereka hanya bisa diselesaikan di pusat. Sehingga, ada masalah sepele saja rakyat diajak berbondong-bondong demo ke pusat, lebih khusus lagi ke istana.
Pertemuan Jokowi-Prabowo yang mengesampingkan Sengkuni alias makelar politik, semestinya juga diikuti gerakan memulihkan kondisi masyarakat dari situasi post truth, di mana rakyat sempat terbawa hanyut dalam narasi yang serba dusta atau hoaks. Sehingga, yang benar dituding curang dan salah, sedang dusta diterima dan diakui sebagai kebenaran. ***
Turki Terima Tudal S-400, AS Resah!
Buras7.156 (Selasa, Umu-08-BU-16)
Artikel Halaman 8, Selasa 16-07-19
H. Bambang Eka Wijaya
TURKI melalui Kementerian Pertahanan menyatakan sistem rudal S-400 yang mereka pesan dari Rusia sudah sampai. Langkah Turki ini meresahkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebab Turki sebagai anggotanya. Bahkan Amerika Serikat (AS) memperingatkan akan ada konsekuensi 'negatif' bagi siapa pun yang membeli senjata Rusia.
Washington sudah mengancam bakal mengeluarkan Turki dari program jet tempur F-35. Mereka memberi Turki tenggat waktu tanggal 31 Juli supaya pembelian F-400 dibatalkan.
Namun Presiden Recep Tayyip Erdogan setelah bertemu Presiden Trump dengan yakin mengatakan, Ankara tidak akan menerima sanksi karena membeli S-400. Dalam pertemuan bilateral di sela KTT G20 Juni lalu, Erdogan menyampaikan kepada Trump bahwa pendahulu Trump, Barack Obama, tidak mengizinkan Turki membeli rudal Patriot.
"Pengiriman gelombang pertama pertahanan jarak jauh S-400 dilakukan di Pangkalan Udara Musted, Ankara," kata kementerian pertahanan dikutip Kompas.com dari AFP Jumat (12/7). Pengiriman dilakukan dengan cargo udara.
Menurut pabrikannya, Almaz Antey, sistem rudal S-400 bisa menempuh jarak hingga 400 km, didesain untuk menjatuhkan dan melenyapkan segala ancaman di angkasa.
Bisa ditempatkan hanya dalam lima menit, sistem ini terdiri dari sejumlah kendaraan. Yakni, mobi komando, kendaraan radar dengan berbagai fungsi, serta kendaraan peluncur masing-masing mengangkut empat rudal.
Puluhan S-400 kini sudah disiagakan di seantero Rusia. Di antaranya di kawasan paling barat seperti Kaliningrad hingga daerah timur jauh. Empat unit S-400 juga disiagakan di Crimea, semenanjung Laut Hitam yang direbut Rusia dari Ukraina pada konflik 2014.
Sementara dua lainnya dibawa ke Suriah di mana Rusia merupakan sekutu Presiden Bashar al-Assad, untuk melindungi pangkalan Khmeinim dan Tartus.
Sejumlah negara juga membeli S-400 untuk sistem pertahanan negaranya. Tiongkok, menjadi negara pertama yang membeli sistem itu, dengan transaksi 3 miliar dolar AS atau Rp42 triliun.
Pengiriman sudah dilakukan April 2018, dengan uji coba akhir Juni. Detil dari sistwm tersrbut dipaparkan kepada publik.
India juga membeli lima unit S-400 seharga 5,2 miliar dolar AS, atau Rp72,8 triliun, dikirim akhir tahun ini. Negara lain juga menaruh perhatian, seperri Qatar, Irak, hingga Arab Saudi.
NATO dan AS pantas gelisah, karena S-400 merupakan salah satu sistem pertahanan tercanggih dunia, namun harganya jauh lebih murah dari Patriot buatan AS. ***
Akhirnya, Laju Samsung Dipersulit Ekspor Jepang!
H. Bambang Eka Wijaya
RAKSASA industri teknologi Korea Selatan, Samsung dan SK Hynix, dihadang kesulitan memenuhi bahan baku utama untuk produksi smartphone akibat pembatasan ekspor Jepang yang mendominasi penguasaan bahan-bahan baku tersebut di pasar global.
Setidaknya ada tiga bahan baku utama industri smartphone yang mayoritas pasokannya kini dikuasai oleh Jepang. Yakni, hydrogen fluoride untuk pembuatan chip, 70% dari pasokan untuk dunia. Lalu fluorinated polymides untuk layar (sentuh) smartphone, 90% dari pasokan dunia. Dan photoresist untuk transfer pola sirkuit ke wafer semikonduktor juga 90%.
Sumber industri di Korsel menyebutkan, sulit untuk mencari bahan-bahan tersebut dari sumber lain. "Kalaupun ketemu, kami harus melakukan pengujian untuk memastikan kualitasnya jika dipakai produksi chip dalam jumlah besar," ujar sumber yang dikutip Kompas.tekno dari Reuter (10/7/2019).
Selama ini Korsel memang bergantung pada Jepang sebagai pemasok bahan-bahan dimaksud. Stok beberapa bahan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Korsel hanya akan bertahan maksimal selama empat bulan.
Pembatasan ekspor oleh Jepang dilakukan dengan penghapusan nama Korea Selatan dalam daftar putih ekspor untuk bahan-bahan terkait. Akibatnya, setiap kali perusahaan Jepang ingin mengekspor ke Korsel, proses perizinan yang ditempuh rumit dan memakan waktu lama, hingga 90 hari.
Park Jea-gun, kepala Korean Society of Semiconductor & Display Technology mengatakan Samsung dan SK Hynix melirik negara lain, seperti Taiwan dan Tiongkok untuk menambah pasokan bahan-bahan industri terkait.
SK Securities dilaporkan telah mengirim tim ke pabrik-pabrik atau joint venrure milik pemasok yang berada di luar Jepang. Sedang Samsung sedang mempertimbangkan sejumlah opsi untuk mengurangi dampak pembatasan ekspor.
Sengketa antara Korsel dan Jepang ini berakar jauh ke belakang hingga masa Perang Dunia II. Korsel menuntut perusahaan-perusahaan Jepang memberi kompensasi untuk warganya yang dimanfaatkan sebagai pekerja paksa. Sementara Jepang ngotot segala masalah ganti rugi sudah lama diselesaikan dalam perjanjian tahun 1965.
Korsel sudah membawa masalah sengketa kedua negara agar diselesaikan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sementara itu, Korsel juga mempertimbangkan tindakan balasan untuk pembatasan ekspor oleh Jepang.
Sedangkan pihak Jepang tampak tidak banyak komentar dengan kebijakan pembatasan ekspor ke Korsel yang mereka lakukan. ***