Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Johnson Akhir Ketakpastian Brexit?


Artikel Halaman 8, Senin 29-07-19
Johnson Akhir Ketakpastian Brexit?
H. Bambang Eka Wijaya
GAGAL membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit), Theresa May jatuh dari kursi Perdana Menteri (PM) yang dijabatnya sejak 11 Juli 2016. Penggantinya, Boris Johnson Rabu 24 Juli 2019 dilantik Ratu Elizabeth II, langsung berjanji mengeksekusi Brexit.
Berlarutnya kegagalan mengeksekusi Brexit menjadi salah satu ketakpastian ekonomi global, karena Inggris dengan poundsterlingnya merupakan kekuatan penting di dunia. Tapi mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa memang tak mudah, karena 'warganya yang berpandangan maju' menolak dan terwakili mayoritas di parlemen. Dan terbukti, tembok itu tak berhasil ditembus Theresa May.
Kealotan itu sudah diperhitungkan oleh David Cameron, PM yang digantikan Theresa May. Cameron langsung mundur dari jabatan PM begitu hasil referendum memastikan suara mayoritas rakyat Inggris menghendaki keluar dari Uni Eropa. Karena itu, kemampuan Boris Johnson membawa Inggris keluar dari Uni Eropa, sekaligus mengakhiri salah satu ketakpastian global, merupakan sebuah ujian yang tidak ringan.
Pendukung suara Brexit (keluar dari Uni Eropa) itu utamanya kelompok tradisionalis diperkuat kelompok minoritas "berwarna", sehingga kasus Brexit selalu dijadikan salah satu contoh politik identitas. Mereka tergolong pihak yang tertinggal oleh kemajuan yang didapat dari orientasi ekonomi Inggris ke Uni Eropa. Karena tempat-tempat "basah" dalam perekonomian yang Eropa oriented itu lebih dikuasai kelompok yang "lebih beruntung".
Kelompok terakhir ini relatif kecil jumlahnya, hingga kalah dalam refeperendum, tapi secara politik hingga saat terakhir pun pengaruhnya dominan. Itu yang menjadi tantangan Johnson mengeksekusi Brexit.
Karena itu, langkah pertama Johnson usai dilantik, langsung mencopot 17 menteri "orde lama" dan menggantinya dengan para tokoh pendukung kuat Brexit. Kabinet Johnson pun menjadi kabinet dengan jumlah menteri keturunan minoritas dan perempuan terbanyak dalam sejarah Inggris.
Priti Patel, politisi wanita berdarah India, diangkat jadi menteri dalam negeri. Sajid Javid, bankir berdarah Asia-Inggris diangkat jadi menteri keuangan, yang dalam tradisi politik Inggris posisi tersebut sebagai menteri paling senior setelah PM.
Dalam pidato perdananya di Downing Street, seperti dikutip Kompas.com dari AFP (25/7) Johnson mengatakan, "Kami akan memenuhi mandat yang telah diberikan rakyat dan keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober. Ini bukan lagi soal apakah akan terjadi atau tidak." ***

0 komentar: