Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Biodiesel B100 Jauh Lebih Efisien!

UJI coba biodiesel B100 atau 100% berbahan baku minyak kelapa sawit, berhasil menghadirkan bahan bakar ramah lingkungan atau energi baru terbarukan (EBT) yang jauh lebih efisien dari bahan bakar solar dari fosil. Berdasar hasil uji coba Kementerian Pertanian (Kementan) sedikitnya didapat tiga dimensi keefisienan, yakni jarak tempuh per liter mencapai 13,5 km dibanding solar fosil 9 km, harganya lebih murah 40%, dan menghemat devisa Rp26 triliun per tahun. Pelaksana Tugas Sekjen Kementan Momon Rusmono dalam siaran pers Minggu (7/7/2019), mengatakan penghematan devisa itu bisa didapat dari substitusi impor solar yang selama ini cukup tinggi. Di sisi lain, biodiesel juga mampu mengurangi pencemaran lingkungan karena rendah polusi dan berbahan baku minyak kelapa sawit 100%. Ini tentu berdampak langsung pada kesejahteraan petani sawit. "Kami sudah membuktikan dengan uji coba pada mobil-mobil dinas Kementan. Dari uji coba ini, para sopir mengaku kualitas biodiesel B100 sudah setara dengan DEX yang selama ini digunakan," kata Momon. (Kompas.com, 7/7/2019) DEX adalah jenis minyak diesel yang hari ini harganya di SPBU Rp12.000 per liter. Dibanding dengan solar bersubsidi Rp5.150 per liter. Sementara itu, Direktur Komunikasi dan Informasi Polhukam Kementerian Kominfo, Bambang Gunawan, menyebutkan penggunaan biodiesel B100 bisa berpengaruh pada kondisi ekonomi secara nasional. "Harganya 40% lebih murah. Makanya penggunaan B100 ini berpotensi menghemat devisa sebesar Rp26,66 triliun," kata Bambang Gunawan. Selain itu, lanjutnya, penggunaan biodiesel juga ramah lingkungan karena karbon monoksida (CO) yang dihasilkan 48% lebih rendah dari solar fosil. Dengan harga produk B100 lebih murah 40% dari solar fosil, berarti jumlah subsidi BBM yang dikeluarkan pemerintah juga akan turun drastis. Namun di sisi lain, karena harga produknya jauh lebih murah, bagian petani dari penjualan TBS kelapa sawitnya juga berpotensi merosot. Contohnya penggunaan minyak sawit untuk B20 saja, pemerintah harus memberi subsidi kepada produsennya lewat kutipan dana ekspor CPO per ton 50 dolar AS, pada harga CPO 620 dolar AS per ton. Artinya, dengan harga B100 lebih murah 40% dari solar hingga subsidi BBM berpotensi turun, maka dana subsidi BBM tersebut bisa dialihkan ke produsen B100 (pabrikan dan petani sawit), menambah dana dari pungutan ekspor sawit buat produsen: karena volume CPO yang digunakan untuk B100 lima kali lebih besar dari B20.

0 komentar: