BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau 2019 terjadi Agustus. Kemarau tahun ini akan lebih kering karena ada gejala El Nino. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan akibat lebih kering itu potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). "Untuk sekarang dari pantauan kami titik panas karhutla belum banyak, ya, walaupun per daerah seperti Riau kemarin terjadi kerhutla pada Januari hingga Februari. Namun dengan puncak kemarau di bulan Agustus, potensi karhutla di empat pulau tadi akan terjadi," ujar Dodo dalam jumpa pers info terkini bencana alam di kantor BNPB, Jakarta, seperti dilansir Kompas.com, Jumat (28/6/2019). Menurut Dodo, di beberapa wilayah seperti Jawa Timur sudah 60 hari tanpa hujan. Di Jawa Tengah tidak mengalami hujan dalam satu bulan ini. Ada pun wilayah lain, seperti Sumatera juga sudah memasuki musim kemarau, tapi belum ada tanda-tanda karhutla. "Tahun ini memang puncak kemarau akan lebih parah dibanding dengan 2018 karena ada El Nino. Tahun lalu El Nino enggak muncul," tambahnya. Maka itu, lanjut Dodo, musim kemarau 2019 akan terasa lebih kering dibanding dengan 2018. Dibanding dengan Riau dan Sematera Selatan yang memiliki lahan gambut luas, ancaman karhutla di Lampung relatif lebih rendah. Namun karena lebih 50% lahan pertanian pangan Lampung masih terdiri dari sawah tadah hujan, kemarau panjang dengan kekeringan yang lebih parah bisa menyusahkan banyak petani. Karena itu harus diantisipasi lebih dini, termasuk upaya mencukupkan air bersih untuk minum dan mandi warga. Untuk kecukupan air bersih itu, bahkan saat ini di kawasan Bandar Lampung saja sudah ada sumur galian warga yang kering, dan minta pasokan air bersih ke BPBD kota. Untuk mengantisipasi kekeringan akibat kemarau panjang, Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberi contoh membuatkan sumur bor wakaf untuk warga Desa Mulyaagung, Kecamatan Negeriagung, Kabupaten Way Kanan. Seperti rilis yang dikirim ke minanews.net, Jumat (28/6/2019), Ketua ACT Lampung Dian Eka Darma Wahyuni, menyebut bantuan itu sedang dikerjakan dengan memasang pipa saluran air ke rumah penduduk. Contoh mengantisipasi kekeringan dengan wakaf dari ACT itu tentu layak diupayakan di kawasan lain yang sering mengalami krisis air di musim kekeringan. Masih ada waktu hingga puncak kemarau Agustus. Juga untuk memenuhi kebutuhan air buat tanaman dan ternak tertentu. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar