Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Bening Hati, Sikat Makelar Pilitik!


Bening Hati, Sikat Makelar Politik!
H. Bambang Eka Wijaya
BENINGNYA hati Jokowi dan Prabowo yang sama-sama mengenakan kemeja putih dalam pertemuan dari setasiun Moda Raya Transport (MRT) Lebak Bulus hingga makan di Senayan, Sabtu pagi (13/7/2019), telah menumpas tuntas segala upaya para makelar politik yang telah menyiarkan rancangan garapan untuk memetik keuntungan dari pertemuan tersebut.
Politik memang belum bisa lepas dari faktor kepentingan. Tapi dengan pernyataan tulus 'ini pertemuan dua sahabat, dengan semangat persaudaraan sebangsa, merajut kembali silaturahim yang terpengaruh oleh persaingan keras selama Pemilu', segala kepentingan yang bersifat embel-embel berhiarki rendah langsung kandas tinggal khayalan.
Dengan pertemuan ini tak ada lagi cebong, tak ada lagi kampret, tegas Jokowi. Itu disepakati Prabowo dengan bertepuk tangan. Meskipun, dengan nada berat dari dalam hatinya Prabowo bergumam (harus mengesampingkan) "banyak yang kecewa".
Demikianlah riwayat gugurnya segala macam embel-embel yang sudah disiapkan makelar politik untuk diusung pada pertemuan ini. Dan untuk selanjutnya menjadi keharusan untuk dengan sekuat daya upaya masyarakat bangsa mengembangkan politik bening hati lewat salam, "Good Bye makelar politik!'
Artinya, tingkat kepentingan politik untuk pemimpin sekala nasional itu semestinya berhirarki teratas, kepentingan negara-bangsa. Tidak terbelit atau dibelit-dibelit kepentingan sempit kelompok, apalagi kepentingan pribadi. Untuk itu, masyarakat dituntut bijaksana, tidak menumpukan segala kepentingan tetek-bengek hirarki bawah pada pemimpin nasional. Masyarakat harus belajar menempatkan setiap masalah atau kepentingan sesuai hirarki kepemimpinannya. Dengan realitas, pemimpin semua jenjang itu dipilih langsung oleh rakyat.
Hal itu dimaksudkan untuk bisa menyikat habis makelar politik yang sengaja mempermainkan kehidupan masyarakat dengan isu-isu yang mengesampingkan kepemimpinan lokal, dengan membuai rakyat untuk meyakini semua masalah mereka hanya bisa diselesaikan di pusat. Sehingga, ada masalah sepele saja rakyat diajak berbondong-bondong demo ke pusat, lebih khusus lagi ke istana.
Pertemuan Jokowi-Prabowo yang mengesampingkan Sengkuni alias makelar politik, semestinya juga diikuti gerakan memulihkan kondisi masyarakat dari situasi post truth, di mana rakyat sempat terbawa hanyut dalam narasi yang serba dusta atau hoaks. Sehingga, yang benar dituding curang dan salah, sedang dusta diterima dan diakui sebagai kebenaran. ***

0 komentar: