Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

2020, Jadi Tahun Terpanas Dasawarsa ini!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 10-05-2020
2020, Jadi Tahun Terpanas
Sepanjang Dasawarsa Ini!
H. Bambang Eka Wijaya

ADMINISTRASI Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) memprediksi tahun 2020 memiliki peluang 74,67% menjadi tahun terpanas. Kemudian memiliki peluang 99,94% menjadi kandidat lima besar tahun terpanas, dan lebih 99,99% masuk 10 tahun terpanas.
Sepuluh tahun terakhir merupakan dasawarsa dengan suhu panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut ahli meteorologi di tahun 2020 ini,kita masih melanjutkan tren tersebut.
Analisis suhu selama kuartal pertama tahun 2020 menempatkan tiga bulan pertama (Januari-Maret) sebagai priode terpanas kedua sejak 1998. Kuartal pertama ini pun memberi gambaran untuk sembilan bulan ke depan.
Dikutip Kompas.com (30/4:2020) dari IFL Science, pada bulan Maret 2020 Bumi lebih hangat dibanding rata-rata bulan sebelumnya.
Secara khusus, bagian timur AS dari pegunungan Rocky Asia Tengah, Asia Timur kemudian bagian selatan Amerika Selatan mencatat suhu 2.0 derjat Celcius dibanding rata-rata bulam sebelumnya sejak 1998.
Suhu panas selama bulan Maret tercatat di 42 juta kilometer persegi. Itu sekitar 8,17% dari permukaan bumi.
Januari 2020 adalah rekor terpanas. Januari Februari adalah bulan Februari terpanas kedua dalam catatan, setelah Februari 2016 menjadi rekor suhu terpanas di seluruh dunia, termasuk di Antartika.
Maret juga merupakan Maret terpanas kedua setelah Maret 2016.
"Maret 2020 menandai bulan Maret ke 44 berturut-turut dan bulan ke 423 dengan suhu, setidaknya secara nominal, di atas rata-rata Abad ke-20," tulis laporan NOAA.
Perbedaan suhu global selama tiga bulan pertama tahun 2020 cukup konstan, meski tahun 2016 mengalami peningkatan suhu karena fenomena El Nino yang sangat kuat. Ahli meteorologi menyebutkan, suhu panas di tahun 2020 mendekati suhu tahun 2016.
Namun demikian, terjadinya penurunan polusi udara dan emisi karbon dioksida selama banyak negara melakukan lockdown dan PSBB terkait Pandemi Covid-19, kemungkinan bisa mekbuat suhu tahun ini lebih dingin. Mungkin ada jeda, tapi sangat singkat dan penurunan polusi udara disebut sulit untuk mempengaruhi iklim dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, para ilmuwan mendesak semua orang untuk tidak melupakan krisis iklim ang sedang berlangsung dan butuh penanganan.
Pemerintah Indonesia telah menandatangani Paris Agreement untuk perubahan iklim 2016. Namun sikap pejabat negara sering kurang mendukung perjanjian itu bahkan sempat ada yang menyatakan akan keluar dari Paris Agreement. Tak konsisten. ***


0 komentar: