Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Konsumsi Rumah Tangga Anjlok 2/5!


Artikel Halaman 8, Lampung Post Sabtu 09-05-2020
Konsumsi Rumah Tangga Anjlok 2/5!
H. Bambang Eka Wijaya

EKONOMI rakyat terpuruk berat terlihat dari anjloknya konsumsi rumah tangga hingga 2/5 atau nyaris setengahnya menjadi 2,84% pada kuartal I 2020, dibanding kuartal I 2019 tumbuh 5,02%.
Anjloknya konsumsi rumah tangga merupakan cerminan realitas kondisi perekonomian masyarakat karena kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) selama ini mencapai sekitar 55%.
Karena itu, longsornya konsumsi rumah tangga langsung menyeret ikut anjloknya pertumbuhan ekonomi nasional pada tingkat sebanding. Yakni hanya tumbuh 2,97% pada kuartal I 2020, dibnding kuartal I 2019 mencapai 5,07%, dan lebih rendah dari kuartal IV 2019 4,97%.
Dalam rilis pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto  menyatakan, industri pengolahan (manufaktur) anjloknya juga siginikan. Hanya tumbuh 2,06%, jauh di bawah priode sama tahun lalu 3,85%%. Pertumbuhan industri di bawah pertumbuhan nasional dan cenderung terus menurun itu pertanda deindustrialisasi yang kian nyata.
Tak bisa disangkal rontoknya perekonomian Indonesia kuartal I (Januari-Maret) 2020 itu akibat bencana nasional Covid-19. Namun kalau baru dengan menu pembuka serangan Covid-19, pasien positif pertama ditemukan 2 Maret, ekonomi sudah demikian parah, bagaimana nantinya saat serangan puncak?
"Pertumbihan ekomomi bisa turun ke --0,3%, nampir menyentuh nol. Atau bahkan negative growth di --2,6," kata Menteri Keuangan Sri Mulani. (CNBC-I, 5/5)
Kondisi nyata di balik proyeksi Sri itu berupa jutaan pengangguran berjubel di kota dan desa. Tanpa solusi nyata. Yang berlimpah ruah hanya retorika.
Kemelut multidimensi bawaan kondisi itu sulit diprediksi ketika jadwal pembagian berbagai bansos yang Rp600 ribu sebulan selesai empat bulan berjalan. Jutaan bahkan mungkin belasan juta keluarga tanpa jaminan hidup.
Rencana yang komprehensif harus disiapkan untuk menghadapi situasi yang mungkin belum terjadi di Indonesia. Komprehensif, menyeluruh di semua daerah. Tujuannya, agar bisa dicegah terjadinya sejenis situasi amuk massa tak terkendali dengan beragam sebab.
Mungkin memperpanjang program safety net menjadi salah satunya. Tapi itu saja tak cukup. Soalnya banyak keluarga sudah lama menderita serba kekurangan hanya dengan bantuan setara Rp600 sebulan. Keluarga seperti itu amat rentan multidimensi.
Tentu tidak seluruhnya ditangani pusat. Justru oleh setiap kepala daerah dengan mengkoodinasi jajaran masyarakatnya, sekaligus membuktikan kapasitasnya. ***








0 komentar: