Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 17-05-2020
Wisata Virtual, Kreasi
Mengisi Jeda Industri!
H. Bambang Eka Wijaya
INDUSTRI pariwisata menjadi sektor yang pertama terimbas berat pandemi Covid-19. Ribuan hotel ditutup, ratusan ribu karyawan dirumahkan dan PHK, bisnis bawaannya dari biro perjalanan hingga cape ikut lumpuh. Mengisi jeda itu muncul kreasi wisata virtual.
Selama pandemi korona dan orang diminta tinggal di rumah saja, berkembang berbagai versi wisata virtual (virtual traveling). Dengan tetap di rumah orang bisa mengujungi lokasi atau destinasi wisata favorit, bersama sejumlah orang lain lewat platform Zoom, peranti yang populer untuk video confrence dengan peserta banyak.
Salah satu cara wisata virtual adalah dengan mengikuti pemandu yang mengorganisir perjalanan virtual berombongan, seperti yang dikelola Outing.id. Pemandu ini mencari dan mendaftar peserta setelah memetapkan tujuan wisata dan jadwal keberangkatannya.
Kepada setiap peserta dikirim kode login ke zoom yang sifatnya rahasia, karena kalau sisusupi orang lain bisa ngaco. Masalahnya platform Zoom ini interaktif peserta bisa berdialog dengan pemandu maupun sesama peserta.
Asyiknya ikut rombongan ini karena ada pemandu profesional yang menjelaskan detil setiap hal yang dikunjungi. Juga, menyegarkan suasana sehingga tak bosan dalam perjalanan yang biasanya selama dua jam.
Lalu ada wisata virtual yang diselenggarakan oleh pengelola lokasi wisata, khusus menawarkan kunjungan ke lokasi miliknya, seperti obyek Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta. Khusus wisata virtual yang satu ini, untuk mendapatkan kode loginnya, peserta yang mendaftar perorangan dikutip Rp50 ribu per orang, sedangkan yang mendaftar dengan grup Rp20 ribu per orang.
Selain itu banyak destinaai wisata virtual yang bisa dikunjungi secara bebas, dengan hanya mengklik tautannya, yang bisa ditemukan di fitur pencarian maupun mengunduh aplikasinya di play store Google.
Umumnya yang disajikan materi promosi pariwisata dari lembaga pemerintah maupun NGO. Tapi videonya umumnya berkualitas baik.
Untuk Indonesia, materi wisata virtual yang bisa diakses kebanyakan baru berbagai museum di Tanah Air. Sedangkan dari luar negeri kebanyakan simfoni dan opera.
Penyiapan video materi wisata virtual ini jelas menjadi tantangan bagi badan promosi pariwisata mengisinya. Lebih penting lagi para pengelola lokasi wisata yang menyiapkan dan menyelenggarakan wisata virtual ke lokasi yang dikelolanya. Dengan upaya itu selain mendapat pemasukan sekaligus mempromosikan destinasi wisatanya. ***
0 komentar:
Posting Komentar