Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

WHO pun Cabut Imbauan Diskriminatif!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 18-05-2020
WHO pun Cabut Imbauan Diskriminatif!
H. Bambang Eka Wijaya

SETELAH diprotes negara-negara produsen minyak sawit, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mencabut imbuannya yang diskriminatif terhadap minyak sawit dan kelapa yang tertuang dalam infografis berjudul "Nutrition Advis for Adult During Covid-19."
Imbauan tersebut diterbitkan oleh Kantor Regional WHO Mediterania Timur edisi 5 Mei 2020. Dalam infografis itu WHO menganjurkan kepada masyarakat khususnya orang dewasa untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung saturated fats (lemak jenuh) seperti minyak sawit dan minyak kelapa.
Namun akhirnya, WHO Regional Mediterania Timur telah mencabut dengan menghapus informasi yang mencantumkan do not eat saturated fats atau tidak mengonsumsi makanan dari minyak sawit itu.
Perbaikan itu dilakukan setelah Pemerintah Indonesia dan Malaysia bersama para pemangku kepentingan industri sawit menyampaikan protes keras kepada WHO.
Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) dalam suratnya kepada WHO mengklarifikasi bahwa meski punya kandungan lemak jenuh tinggi, minyak sawit merupakan sumber minyak goreng yang paling banyak digunakan di dunia.
Minyak kelapa sawit aman dikonsumsi karena memiliki komposisi beragam asam lemak yang seimbang dan telah dikonfirmasi oleh banyak studi penelitian ilmiah secara global.
Kampanye menyesatkan dari WHO itu bukan kali yang pertama. Dalam buletun resmi yang dirilis Januari 2019 bertajuk "The Palm Oil Industry and Noncommunicable Disease" WHO bahkan menyetarakan industri sawit dengan industri tembakau dan alkohol karena memberikan dampak negatif kepada manusia dan kesehatan di bumi.
Namun hingga kini WHO tidak pernah meralat pernyataan tersebut. (Kontan.co.id, 13/5/2020)
Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar dalam suratnya kepada WHO menyebutkan organisasi kesehatan dunia tersebut perlu menciptakan perspektif yang seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat khususnya minyak sawit.
Mahendra juga mendesak agar WHO memerapkan prinsip kehati-hatian ketika menerapkan saran yang bersifat umum ke dalam konteks yang bersifat khusus.
Mahendra Rabu (13/5) menyatakan pemerintah indonesia sangat prihatin dengan konten materi yang tidak berimbang dan menyampingkan konsumsi minyak sawit sebagai produk yang layak dikonsumsi selama pandemi.
Karena itu, Mahendera meminta WHO membuat perubahan pada isi publikasi dengan menerapkan prinsip imparsialitas sebagaimana layaknya Badan PBB. ***




0 komentar: