Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Rupiah dan IHSG Isyaratkan Pemulihan!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 04-05-2020
Rupiah dan IHSG Isyaratkan Pemulihan!
H. Bambang Eka Wijaya

RUPIAH dan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia mengisyaratkan pemulihan pada penutupan pasar menjelang libur Hari Buruh Sedunia, Kamis 30 April 2020. Rupiah melejit ke Rp14.825/dolar AS. IHSG melonjak kembali ke level 4.713.
Capaian terakhir rupiah dan IHSG itu memberi harapan pada pemulihan ekonomi nasional yang terpuruk oleh bencana Covid-19. Level terburuk rupiah dan IHSG terjadi pada 23 Maret 2020. Hari itu rupiah terperosok hingga Rp16.575/dolar AS. Sedang IHSG terjajar ke level 3.989, terendah dalam 8 tahun.
Pada Kamis (30/4) rupiah menguat tajam 2,85%. Rupiah mengawali perdagangan dengan apresiasi 0,72% atas dolar AS. Dalam perjalanan pasar rupiah terus menguat hingga dolar AS bisa ditekan ke bawah Rp15.000.
Sementara IHSG di hari yang sama menguat lebih 3%, meninggalkan level 4.600. Energi penguatan muncul pada sesi kedua dengan beli bersih investor asing mencapai Rp304 miliar. Saham perbankan jadi target operasi mereka.
Saham Bank BCA (BBCA) melejit naik 6,6% jadi Rp25.850/saham. Bank Mandiri (BMRI) melesat 11,5% ke Rp4.460/saham. Dan Bank BNI (BBNI) meroket 9% ke Rp4.100/saham.
Sentimen positif investor asing sore itu, menurut CNBC-Indonesia (30/4) disulut oleh berita perkembangan obat Covid-19 remdesir produk Gilead Science. Kandidat obat Covid-19 yang sempat diragukan kemujarabannya menunjukan hasil menjanjikan.
Gilead Science menyatakan lebih dari setengah pasien yang diuji dengan obat tersebut menunjukkan perbaikan dan bisa keluar dari rumah sakit dalam waktu dua pekan saja.
Tentu sentimen positif eksternal itu diperkuat sentimen posotif internal. Misalnya, penularan baru yang mulai berkurang di DKI, maupun ekspor Maret naik 0,23%.
Namun demikian, sentimen positif eksternal dan internal itu harus dijaga dan dipelihara, agar tidak ambyar dan berbalik jadi negatif. Utamanya dengan menjaga ekonomi tetap kondusif, dan menambah variabel yang bisa meningkatkan iklim positif perekononian.
Misalnya, meringankan beban rakyat agar daya beli masyarakat bertambah kuat, selain dukungan daya beli dari pemerintah lewat bansos. Salah satu peluang meningkatkan daya beli mendukung konsumsi masyarakat agar pertumbuhan tidak minus, adalah dengan menurunkan harga BBM sesuai harga internasional.
Menurut pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, penyesuaian itu bisa menurunkan harga BBM Rp2.000 hingga Rp3.000 per liter. Itu bisa menjadi suplemen signifikan bagi daya beli rakyat. ***



0 komentar: