Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 05-01-2021
2021, Tahun Pemulihan Demokrasi!
H. Bambang Eka Wijaya
SELAIN pemulihan dari pandemi dan ekonomi, 2021 juga harus dijadikan tahun pemulihan demokrasi. 2020 sebagai lanjutan akhir 2019 yang represif dipuncaki insiden menewaskan 6 lasksr FPI dan pembubaran FPI, harus tutup buku diganti lembaran baru yang demokratis.
Kondisi represif yang cukup mencekam hingga 79,6% warga menyatakan takut menyatakan pendapat ditemukan dalam survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan 24-30 September 2020.
"Survei mejunjukkan meningkatnya ancaman terhadap kebebasan sipil. Mayoritas publik cenderung setuju atau sangat setuju bahwa saat ini warga makin takut menyatakan pendapat (79,6%)," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers. (Tempo.co, 25/10/2020)
"Survei itu juga menunjukkan mayoritas publik setuju, aparat makin bertindak semena-mena terhadap masyarakat yang berbeda pendapat.
"Aparat dinilai makin semena-mena menangkap warga yang berbeda pendalat politik dengan penguasa, sebesar 57,7%. Publik menilai bahwa Indonesia makin tidak demokratis, semakin takut warga menyatakan pendapat, semakin sulit warga berdemonstrasi, dan aparat dinilai semakin semena-mena, maka kepuasan atas kinerja demokrasi semakin tertekan," ujar Burhanuddin.
Kondisi tekanan represif itu senada yang tercermin di variabel kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat dalam Indeks HAM RI 2020. Dari nilai 1 terburuk dan 7 terbaik, variabel tersebut hanya mendapat nilai 1,7, merosot dari tahun sebelumnya 1,9.
Kondisi dan nilai seburuk itu dalam kinerja demokrasi, belum termasuk tewasnya 6 laskar dan pembubaram FPI. Oleh karena itu, pilihan terbaik adalah menutup buku 2020 tersebut dengan membuka lembaran yang sama sekali baru mulai 2021.
Seperti main layang-layang, benangnya harus diulur dan ditarik. Kalau terlalu ditarik terus, bisa terlalu tegang dan benangnya bisa putus atau layangnya koyak.
Maksudnya, supaya lembaran baru 2021 diisi suasana baru yang mengurangi pendekatan represif guna menurunkan kondisi ketegangan dalam masyarakat. Ibarat main layang, saatnya mengulur benang, demi layang terbang lebih tinggi lagi.
Lebih dari itu, kinerja demokrasi yang kondusif hingga partisipasi rakyat efektif dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa, menjadi prakondisi yang mutlak bagi mendukung pemulihan ekonomi. Sebaliknya jika kinerja demokrasi gagal sehingga ketegangan dan kegaduhan berlanjut dan meningkat. Konflik pun silih berganti, tak ada habisnya. ***
0 komentar:
Posting Komentar