Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Hipokritas Bahasa Elite Zaman Now!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Sabtu 30-01-21
Hipokritas Bahasa Elite Zaman Now!
H. Bambang Eka Wijaya

WAKIL Ketua MPR Hidayat Nur Wahid heran, jumlah orang terinfeksi Covid-19 tembus satu juta kasus dan memecahkan rekor terbanyak di Asia Tenggara, kok para pengemban amanah pengendalian pandemi itu malah membanggakan keberhasilan.
Keberhasilan yang dibanggakan adalah banyaknya jumlah yang sembuh, padahal menurut Hidayat yang terpenting justru menghentikan penularannya. Dalam hal ini, penularannya yang tak terbendung, terus melaju semakin pesat.
Hidayat rupanya belum menyadari adanya gejala hipokritas dalam bahasa kaum elite kita zaman now. Gejala itu dipahami secara fasih oleh rakyat kebanyakan.
Dalam gejala hipokritas itu, setiap istilah atau kata yang diucapkan elite selalu dipahami oleh rakyat sebagai eufemisme (memperhalus), hingga sering maksud sebenarnya justru lawan katanya.
Kata "berhasil" atau sering disebutkan dengan "sukses", itu aufemisme dari kata "gagal". Kata "gagal" dianggap terlalu kasar jika diucapkan, jadi diperhalus jadi "berhasil" atau "sukses".
Rakyat jelata fasih sekali menafsirkan ucapan kaum elite yang sedemikian. Maka itu, rakyat kebanyakan tak mau protes ini atau itu, karena terbiasa membaca secara kosok bali kenyataan di balik retorika elite. Begitulah kearifan rakyat awam.
Rakyat cukup manggut-manggut arif ketika pemangku amanah menjungkirbalikkan istilah. Mengklaim sukses mengendalikan pandemi ketika dari waktu ke waktu laju penularannya justru terus membesar. Rakyat memahami apa arti ucapan elite itu dengan realitas sebaliknya.
Misal banjir yang meredam tujuh kabupaten di Kalimantan Selatan yang tak surut hingga lebih 10 hari. Oleh elite nasional disebut akibat curah hujan yang luar biasa besar sebagai bawaan fenomena LaNina.
Rakyat yang memahami LaNina datang berkala, tapi baru kali ini mengakibatkan banjir separah itu, tak merasa perlu membantah sang dlite karena memahami semangat hipokritas pada bahasa elite tersebut. Rakyat yang tenggelam banjir itu paham betul apa yang diperhalus dalam ucapan elite itu.
Setidaknya, arti kata pembangunan lingkungan hidup yang dilakukan konglomerat dengan membabat hutan perawan dijadikan lahan sawit dan pertambangan batu bara. Kata "membangun kawasan lingkungan" di situ realitasnya adalah merusak lingkungan yang menjadi penyebab banjir bandang dan banjir besar itu. Ini sesuai kata Ketua Walhi provinsi tersebut.
Pemahaman rakyat terhadap hipokritas elite membuat rakyat hanya tersenyum setiap ada retorika elite mengobral kata sukses. ***

 

0 komentar: