Artikel Halaman 8, Lampung Post Sabtu 23-01-2021
Pedagang Daging Jabotabek Mogok!
H. Bambang Eka Wijaya
PARA pedagang daging sapi di Jabodetabek mogok jualan mulai Rabu (20/1/2021) sebagai protes atas melonjaknya harga daging sapi di rumah pemotongan hewan.
Tb Mufti Bangkit, Sekretaris Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) DKI mengatakan, harga per kilogram karkas (daging sapi yang belum dipisah dari tulang dan kulitnya) Rp95.000. Harga tersebut terlalu tinggi untuk dijual kembali di pasar.
"Ditambah cost produksi dan ekspedisi total sudah Rp120.000 per kg. Belum karyawan, belum pelaku pemotong sendiri kan harus (memberi uang) anak istri di rumah," kata Mufti. (Kompas.com, 19/1)
Menurit Mufti kenaikan harga daging itu merugikan pedagang. Pasalnya, kenaikan harga itu melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Akibatnya, masyarakat enggan untuk membeli daging sapi lagi.
"Kasihan masyarakat kalau kami naikkan terlalu tinggi, tidak ada yang beli," ujarnya.
Menurut Mufti, lonjakan harga daging sapi belakangan ini sudah dirasakan sejak dirasakan empat bulan terakhir. Kenaikan harga itu diprediksi akan terus terjadi hingga April 2021.
"Diprediksi akan naik terus sampai bulan Maret atau April dengan harga tertinggi Rp105.000 per kg karkas. Sekarang harga per kg karkas masih Rp94.000," ujarnya.
Mogoknya pedagang daging Jabodetabek menyusul pedagang tahu-tempe setempat, masalahnya hampir sama, yakni akibat ketergantungan pada komoditas impor.
Dari penuturan Mufti bisa disimpulkan penyebab kenaikan harga daging karena pasokan sapi bakalan maupun daging dari Australia menyusut. Masalahnya, Australia mengalihkan ekapornya ke Vietnam dan Thailand.
Saran Mufti, untuk menormalisasi harga daging adalah memperbaiki hubungan dan pasokan dari Australia.
Lonjakan pertama harga daging sapi terjadi dalam kurun 2009-2014. Waktu itu harga daging sapi tak jauh dari harga daging ayam potong, di kisaran Rp35.000-40.000.
Setelah menteri pertanian mencanangkan swasembada daging sapi, impor sapi bakalan dari Australia dihentikan. Sapi lokal ternyata tak cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Akibatnya sapi-sapi bunting pun disembelih. Harga daging waktu itu seketika melonjak jadi di atas Rp100.000/kg. Sejak itu pemerintah tak pernah berhasil menurunkan harga daging sapi kembali seperti sediakala.
Tapi kali ini mungkin ekses setelah 32 feedloter didenda ratusan miliar dengan dakwaan kartel pada 2016, feedloter cenderung membatasi impor menghindari denda. Malah terjadi kelangkaan.***
0 komentar:
Posting Komentar