Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Swasembada Kedelai Seperti Keledai!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Jumat 08-01-2021
Swasembada Kedelai Seperti Keledai!
H. Bambang Eka Wijaya

PROGRAM swasembada kedelai ternyata mirip keledai, ditarik maju malah mundur. Bukannya swasembada yang tercapai, kedelai malah langka, harganya naik dari Rp6.000 jadi Rp9.500/kg. Perajin tahu-tempe Jabodetabek pun mogok produksi sejak tahun baru 2021.
Swasembada kedelai ditargetkan Presiden Joko Widodo pada priode pertama berkuasa untuk tercapai dalam tiga tahun. Kedelai masuk daftar komoditas pangan prioritas dalam Nawacita bersama dengan padi dan jagung atau Pajale.
Menurut berita Kompas.com 9 Desember 2014, Presiden Jokowi mengklaim tak segan-segan memecat Menteri Pertanian jika target tersebut tak bisa direalisasikan. Menteri Pertanian priode 2014-2019 dijabat oleh Amran Sulaiman.
"Saya sudah beri target menteri pertanian tiga tahun, tidak boleh lebih. Hati-hati, tiga tahun belum swasembada, saya ganti menterinya," tegas Jokowi saat memberi kuliah umum di Universitas Gadjah Mada akhir 2014.
Realitasnya, impor kedelai justru terus meningkat. Di tahun 2018 misalnya, impor kedelai mencapai 2,58 juta ton, pada 2019 naik menjafi 2,67 juta ton. Dan pada 2020, berdasar data BPS impor kedelai Januari-Oktober telah mencapai 2,11 juta ton.
Sementara kedelai produk domestik yang ditargetkan swasembada masih jauh dari mencukupi konsumsi nasional. Pada 2019, menurut data BPS total produksi kedelai domestik sebanyak 982.598 ton, tak mencapai 1 juta ton, padahal kebutuhan dalam negeri yang diisi oleh impor lebih dari 2,6 juta ton.
Mulyono, pejabat yang mengurusi kedelai di Kementerian Pertanian dikutip Kompas.com (4/1/2021) mengatakan, masih sulitnya Indonesia untuk swasembada kedelai karena semakin rendahnya minat petani untuk menanam kedelai.
Minat petani semakin rendah karena harga jual kedelai di tingkat petani sangat rendah, kata Mulyono.
Pemerintah melalui Permendag Nomor 7/2020 telah mebetapkan harga acuan pembelian kedelai di tingkat petani Rp8.500/kg. Tapi Mulyono menyayangkan, bleid itu tak terealisasi dengan baik. Akibatnya petani malah beralih ke komoditas lain.
Terombang-ambing akibat ketergantungan yang fatal terhadap kedelai impor agaknya tak segera berakhir. Sebab, menurut Mulyono, anggaran untuk mendorong peningkatan produksi kedelai domestik relatif terbatas. Untuk tahun 2021, anggaran untuk pengembangan kedelai dalam negeri hanya cukup untuk 125.000 hektar.
Padahal luas panenan kedelai di Amerika Serikat menurut Sumarno dari Badan Litbang Pertanian, mencapai lebih 28 juta hektar per tahun. ***



0 komentar: