Artikel Halaman 12, Lampung Post Kamis 26-08-2021
100 KPK tanpa Budaya Malu tidak Efektif!
H. Bambang Eka Wijaya
KETUA Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan yang dibutuhkan Indonesia dewasa ini, terutana dalam pemberantasan korupsi, adalah budaya malu. Bagi Surya, adanya 100 KPK pun tak akan efektif jika tidak ada budaya malu masyarakat.
"Indonesia masih membutuhkan satu proses interaksi sosial yang cukup kuat untuk menghadirkan budaya malu. Ini yang kita perlukan," kata Surya Paloh dalam pidato kebangsaan di Center Studies for Internarional Strategy (CSIS) Indonesia, Jakarta, Senin (detik.news, 23/8/2021)
Menurut Surya, selain hadirnya KPK sebagai institusi pencegahan hingga penindakan korupsi, perlu dibangun budaya malu korupsi. Budaya malu ini dapat terbentuk melalui unit keluarga hingga hubingan antarwarga.
"Tidak semata-mata hanya harus hadir institusi formal seperti KPK, tapi harus bangun kesadaran masyarakat itu sendiri yang harus kita lakukan untuk memulai dari mana pun, dari mulai pendidikan keluarga, pendidikan formal, hingga menjadi interaksi sosial masyarakat keseharian, menimbulkan satu budaya asas kepantasan," ujarnya.
Budaya malu korupsi ini, menurut Surya Paloh, melekst dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak kenal budaya malu, ada 100 KPK pun tidak efektif memberantas korupsi.
"Nah hadirnya malu ini yang harus kita akui memerlukan upaya daripada kita sebagai suatu gerakan untuk menghadirkannya dalam nafas kehidupan keseharian kita. Kalau kita tidak mengenal budaya malu, jangankan 1 KPK, 100 KPK tidak akan nemberikan daya efektif apa-apa dalam upaya pemberantasan korupsi itu," ujarnya.
Gagasan membangun budaya malu dalam masyatakat Indonesia relevan. Bukan hanya malu korupsi, tapi malu dalam segala sendi kehidupan masyarakat.
Budaya malu pada dasarnya "universal" adanya nyaris dalam semua adat budaya masyatalat nusantara. Namun kemudian tersamar oleh budaya materialisme dengan pragmatisme politik yang dominan.
Contohnya di Lampung ada budaya Piil Pesenggiri, yang merupakan akar budaya malu dengan keteguhan memegang prinsip dan menjaga harga diri pribadi maupun keluarga besar. Di daerah lain juga ditemukan budaya sejenis yang menjadikan kehormstan dan memegang prinsip secara harga mati.
Maksudnya, gagasan baik Surya Paloh untuk membangun budaya malu itu bisa direspons masyaraksat adat budaya daerah, dengan menghidupkan dan memupuk kembali budaya malu sesuai adat di daerahnya.
Dengan begitu, gerakan membangun budaya malu menjadi gerakan nasional yang berakar pada adat budaya daerah. ***
0 komentar:
Posting Komentar