Artikel Halaman 12, Lampung Post Senin 09-08-2021
Momentum Pertumbuhan Atasi Covid!
H. Bambang Eka Wijaya
BADAN Pusat Statistik (BPS) merilis ekonomi Indonesia kuartal II-2021 tumbuh 7,07% (yoy). Pertumbuhan yang spektakular di tengah pandemi Covid-19, menjadi momentum bagi usaha mengatasi pandemi itu sendiri.
Pertumbuhan pada 7% itu by design, yakni dengan memfokuskan konsumsi rumah tangga pada ramadan dan Idul Fitri dengan suntikan APBN ke THR dan tunjangan lainnya.
Langkah itu mendapat dukungan dari pemulihan pasar global yang melonjakkan permintaan atas ekspor industri Tanah Air dengan Purchasing Manager Index (PMI) pada Mei 2021 mencapai 56%, tertinggi sepanjang sejarah.
Selain itu, booming harga komoditas, terutama CPO dan batu bara. Harga CPO bertahan di RM3.400/ton, sedang batu bara tembus di atas 100 dolar AS/ton. Dan Indonesia meningkatkan target produksi batu bara pada 2021 dari 550 juta ton menjadi 625 juta ton.
Hal penting lain dengan tercapainya pertumbuhan 7% pada kuartal II-2021 adalah digenjotnya gas di sisi ekonomi, sisi pandemi tertinggal hingga dengan merebaknya varian delta, krisis pandemi di Tanah Air terus memuncak.
Pemuncakan krisis pandemi Covid-19 itu bisa dilihat dari kualifikasi penanganannya dan kondisi pandeminya.
Dari penanganannya, terjadi peningkatan intensitas. Dari PSBB ke PPKM Mikro, lalu PPKM Mikro diperketat, naik ke PPKM Darurat, terakhir PPKM Level-4.
Sedangkan kondisi pandeminya, saat PPKM Darurat kasus baru harian tembus 50 ribu, dengan jumlah orang meninggal di atas 1.000 orang sehari. Terakhir kasus baru harian di angka 35.000 dan meninggal di sekitar 1.500 orang sehari.
Lantas bagaimana cara menjaga momentum pertumbuhan untuk memenangi perang lawan Covid. Kalau benar keluarga Akidi Tio andai saldonya cukup akan membantu memerangi Covid-19 dengan sumbangan Rp2 triliun, mungkin para juragan batu bara dan CPO bisa melimpahkan laba operasionalnya selama pandemi untuk memnantu membeli vaksin gotong royong agar herd immunity segera tercapai.
Bersamaan dengan proses vaksinasi gotong royong itu, dilakukan bantuan testing dan tracing massal memburu virus dalam masyarakat, agar tingkat kematian bisa diturunkan.
Hal itu sebagai langkah darurat bisa dijalankan lewat regulasi. Tanpa regulasi sulit mengharap kerelaan juragan batu bara dan kelapa sawit untuk membantu negara yang tengah dalam kesulitan.
Buktinya, sudah setahun setengah pandemi, untuk bansos saja negara terus menggali utang. Padahal di sisi lain, banyak pengusaha yang sedang menikmati bonanza harga komoditas. ***
0 komentar:
Posting Komentar