Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Varian Lambada Lebih Menular Kebal Vaksin!

Artikel Halanan 09, Lampung Post Minggu 15-08-2021
Varian Lambada Lebih
Menular Kebal Vaksin!
H. Bambang Eka Wijaya

PARA peneliti di Jepang menemukan fakta baru tentang virus varian Lambada. Mirip dengan Delta, varian Lambada mungkin lebih menulat dan kebal vaksin Covid-19.
Dalam studi pracetak yang belum ditinjau rekan sejawat, dipaparkan bahwa varian Lambada mampu melewati antibodi penetral yang dapat melawan virus.
Para peneliti mengatakam, ada sejumlah mutasi yang ditemukan di protein lonjakan atau protein spike varian Lambada, yang membuatnya lebih resisten terhadap antibodi dan orang yang sudah divaksin.
Robert Quigley MD, DPhil, wakil presiden senior dan direktur media global di International SOS mengatakan kepada Verywell bahwa temuan ini tidak mengejutkan, tetapi harus diamati secara kritis.
"Kami melihat tren yang diprediksi para komunitas ilmiah, bahwa semakin lama Covid-19 dibiarkan maka kita menuju ke arah kemanjuran vaksin yang berkurang dalam melaewan virus corona," kata Quigley dikutip Kompas.com dari Verywell Health (4/8/2021).
"Tidak ada yang menginginkan ada virus ya8ng memiliki kemampuan menyebar lebih cepat dan resisten terhadap vaksin. Ini mengkhawatirkan," kata Quigley.
Dia menambahkan, ini artinya para ilmuwan perlu menemukan vaksin baru ketika menemukan bukti tersebut.
"Kabar baiknya, kita belum sampai di sana," katanya.
Varian Lambada awalnya terdeteksi WHO di Peru pada Agustus 2020. Sejak itu varian tersebut ditemukan di 29 negara di seluruh dunia, sebagian besar di Amerika Latin, termasuk Argentina dan Cile. Hingga saat ini, varian Lambada belum terdeteksi di Indonesia.
"Pada 14 Juni, varian yang ditetapkan untuk garis keturunan Pango C.37. VO1 global ini diberi label oleh WHO Lambada," tulis WHO. Mirip irama musik latin yang seronok.
Virus, atau varisn virus, dapat menjadi kebal vaksin jika bermutasi. Mutasi terjadi secara alami selama birus memiliki inang (seseorang) untuk menginfeksi dan menularkan infeksi.
Meski tidak semua mutasi resisten terhadap vaksin, mutasi yang cukup berbeda dari galur asli virus mungkin tidak dapat dinetralisir oleh antibodi yang sesuai.
Ini mengkhawatirkan, tetapi tidak jarang, kata Quigley menambahkan bahwa para ilmuwan juga memperbarui vaksin influenza untuk menargetkan mutasi baru setiap tahun.
"Jika virus bertahan lebih lama, memakai panel serupa untuk mensurvei mutasi dan mengembangkan vaksin Covid-19 berikutnya akan menjadi penting," tambahnya.
Suntikan boodter atau vaksin khusus varian, 
Lanjuynya, juga merupakan pertimbangan penting ke depan. ***



 



0 komentar: