Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ledakan Kasus di Luar Jawa-Bali, 54%!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Kamis 12-08-2021
Lonjakan Kasus di Luar Jawa-Bali, 54%!
H. Bambang Eka Wijaya

PRESIDEN Joko Widodo memperingatkan kini terjadi pergeseran lonjakan kasus Covid-19 ke luar wilayah Jawa-Bali hingga dalam dua minggu ini porsinya mencapai 54% dari keseluruhan kasus baru nasional.
Menurut catatan Presiden, pada 25 Juli daerah luar Jawa-Bali menyumbang 13.200 kasus atau 34% dari total kasus baru nasional. Lalu 1 Agustus menjadi 13.589 atau 44% dari kasus baru nasional. Kemudian per 6 Agustus menjadi 21.374 atau 54% dari kasus baru nasional.
Menghadapi lonjakan kasus di luat Jawa-Bali Presiden meminta respon cepat para kepala daerah dan semua pihak terkait, serta agar berhati-hati mengantisipasinya.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas Evaluasi perkembangan dan tindak lanjut PPKM level 4 di Istana Bogor. (7/8/2021)
Sebaran kasus di luar Jawa-Bali tidak merata. Seperti pada 7 Agustus, 4 daerah mencatat kasus baru tertinggi di atas 1.000 kasus, yakni Kalimantan Timur (1.786 kasus), Sumatera Utara (1.405 kasus), Riau (1.251 kasus), dan Nusa Tenggara Timur (1.027 kasus).
Lalu 6 daerah cukup tinggi, di bawah 1.000 kasus baru tapi di atas 500 kasus, yakni; Kalimanta Selatan (908 kasus), Sulawesi Selatan (832 kasus), Sumateta Barat (831 kasus), Sulawesi Tengah (803 kasus), Bangka-Belitung (625 kasus), Sumatera Selatan (613 kasus), dan Sulawedi Utara (524 kasus).
Kemudian 7 daerah sedang, di bawah 500 tapi di stas 300 kasus, yakni; Kalimantan Utara (454 kasus), Lampung (437 kasus), Kalimantan Barat (363 kasus), Aceh (343 kasus), Kalimantan Tengah (340 kasus), Jambi (320 kasus), dan Kepulauan Riau (320 kasus).
Sisanya 9 daerah lagi tergolong rendah, di bawah 300 kasus baru sehari
Lonjakan kasus Covid-19 di luar Jawa-Bali ini mengkhawatirkan. Pertama, karena daerah relatif sulit dijangkau bila membutuhkan bantuan kedaruratan..
Kedua, fasilitas layanan kesehatan umumnya masih terbatas khususnya untuk perawatan intensif (intensive care). Termasuk peranti testing OCR, hanya tersdia di ibu kota provinsi untuk melayani kebutuhan warga yang mau melakukan perjalanan. Lab pendukungnya untuk testing dan tracing massal tak cukup.
Ketiga, tenaga medis yang tersedia masih berdifat umum dan terbatas. Tenaga spesialis yang dibutuhkan mengatasi krisis pandemi bisa dikata masih langka.
Akibatnya, potensi fatalitas penanganan Covid di daerah cukup tinggi. Contohnya pada 7 Agustus, dengan total kasus baru harian 31.753, jumlah orang meninggal karena Covid 1.588 orang, fatality rate 5%. ***






0 komentar: