Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mukidi Terkenal Dermawan, Kena Prank!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Kamis 05-08-2021
Mukidi Terkenal Dermawan, Kena Prank!
H. Bambang Eka Wijaya

NAMA Mukidi tiba-tiba ngetop. Orang ramai mencari jejak digital atas nama dirinya maupun Markonah istrinya di mesin pencari Google.
Penulis-penulis kolom nasional menulis panjang lebar memuji Mukidi, yang disebut sebagai seorang dermawan yang hidup sederhana. Dia disebut banyak beramal, tapi tak mau dipublikasi. Tangan kanan memberi  tangan kiri tak boleh tahu.
Demikian harum nama Mukidi dari media mainstream sampai media sosial, dari media cetak hingga media elektronik, televisi, radio, internet, dari broadcasting hingga broadband. Pokoknya Mukidi amat populer, tapi tetap humble, rendah hati, tidak sombong.
Dengan citra diri yang demikian itulah seperti jejak digitalnya Liputan6.com (26/8/2016),  Mukidi tak bisa mengelak ketika seorang pria sok akrab menghampiri dan menyapa Mukidi dengan uluran salam.
"Loh, kamu kan... aduuuh sudah berapa tahun gak ketemu ya?"
"Mukidi!" Mukidi menjawab lalu menerima uluran tangan pria misterius itu sambil berpikir keras.
"Ya.., ya Mukidi... aduuuh masa lupa sih Sungib... Sungib nama SMP, masih ingat Tasripin, Kamid, Wartam..."
Mukidi masih bingung, tapi asal mengangguk gak apalah pikirnya, sambil mengingat-ingat nama-nama aneh itu.
"Wah, sudah waktu makan siang ini, pas di depan warung padang, ayo makan bersama," ajak teman barunya.
"Aku... eh sebenarnya mau buru-buru pulang," Mukidi pura-pura menolak.
"Ayolah sekalian bernostalgia," temannya memaksa sambil menarik tangan Mukidi.
Mukidi yang lagi bokek ikut saja ke warung padang, lagi pula sejak daging sapi mahal ia sudah tidak pernah makan rendang.
Gema adzan dhuhur dari masjid tak mereka hiraukan. Hidangan lezat yang berserak di meja disantap satu per satu. Tak lupa, Mukidi pesan jus mangga kegemarannya.
"Ayo Di, sikat, jangan segan-segan sudah lama gak ketemu," ujar Sungib yang tak kalah beringas mengambil lauk di hadapannya.
Tak lama kemudia, Sungib berbisik ke Mukidi, kita gantian ke musola. Aku dulu, kau makan aja terus, habiskan jusmu. Usai aku, giliranmu. Mukidi mengangguk.
Setelah semua hidangan ludes, Mukidi teringat Sungib. Ia menanya pelayan warung padang, "Musolanya sebelah mana?"
"Warung kita tak ada musolanya," jawab pelayan.
"Lantas, temanku tadi ke mana?" suara Mukidi tersengal di tenggorokan.
Saat Mukidi berdiri memandang ke arah jalan mencari Sungib, tamu-tamu warung berdiri dan datang nenyalam Mukidi. "Ini dia Pak Mukidi, dermawan kita yang terkenal," ujar orang-orang itu bangga kenal Mukidi. ***


 

0 komentar: