Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ayam Dibubuti, Tak Disembelih!


"BUAT apa bulu ayam tetangga tiap kali dibubuti, tapi tak kunjung disembelih?" tanya cucu saat liburan di rumah nenek.

"Untuk kenikmatan, kili-kili kuping!" jawab nenek.

"Tapi kan kasihan ayamnya!" entak cucu.

"Sesakit-sakit ayam, lebih sakit lagi manusia kalau dibubuti terus bulunya!" tegas nenek. "Setelah bulunya habis, tak ada lagi tersisa dibuat kili-kili, baru disembelih!"

"Ih, Nenek! Masa manusia disembelih!" entak cucu. "Lagi pula, manusia tak punya bulu yang bisa dibuat kili-kili kuping!"


"Disembelihnya itu kiasan!" jawab nenek. "Sedang 'bulu' manusia yang dibubuti itu lebih nikmat dari bulu ayam, karena bisa dibuat beli mobil bagus dan mendapatkan kepuasan lainnya!"

"Aku bisa menebak metafora nenek!" timpal cucu. "Dibubuti itu seperti orang diperas oleh preman karena punya kasus! Terus dibubuti atau diperas, sampai dia habis bulunya! Setelah tak punya bulu atau uang lagi untuk diperas, kasusnya diungkap ke publik!"

"Sebelum preman disikat habis oleh penembak misterius--petrus--memang begitu!" tegas nenek. "Tapi sekarang preman tak seganas itu lagi!"

"Berarti sekarang tak ada lagi orang yang dicabuti bulunya seperti ayam tetangga?" kejar cucu.

"Belum tentu! Yang bisa tahu ada orang punya kasus kan bukan cuma preman!" tukas nenek. "Orang yang bukan hidup sebagai preman pun bisa saja menggunakan cara preman dalam membubuti bulu manusia!"

"Apakah maksud Nenek orang yang mungkin membubuti bulu manusia itu wartawan?" kejar cucu. "Misalnya terbaca dari beritanya, Anu bakal ditindak! Anu bakal diproses! Dan seterusnya! Tapi bukan tindak dan prosesnya yang terjadi, tapi pengulangan berita serupa--Anu bakal ditindak! Anu bakal diproses lagi! Hingga kayaknya, setiap terjadi pengulangan berita itu berarti terjadi pencabutan bulu ayam!"

"Jangan suuzan kepada wartawan!" tegas nenek. "Wartawan kan cuma memuat berita berdasar keterangan sumbernya! Jangan-jangan bukan wartawan yang membubuti bulu ayam, tapi justru sumber beritanya!"

"Kalau begitu wartawan dengan beritanya yang seperti itu cuma seperti pengungkit batu, sedang yang menangkap udang dan kepiting di balik batu yang dia ungkit itu orang lain!" timpal cucu.

"Bisa jadi!" sambut nenek. "Kasihan wartawan yang seperti itu, cuma dijadikan alat oleh orang lain untuk setiap kali butuh membubuti bulu sesama manusia! Sampai manusia itu kehabisan bulu, akhirnya disembelih juga!"

0 komentar: