"BANGKOK kian mencekam!" ujar Umar. "Setelah Rabu 12 Mei aksi protes puluhan ribu massa Kaus Merah genap dua bulan melumpuhkan Ibu Kota Thailand itu, militer sejak Kamis mengepung dan menyerbu dengan peluru tajam! Sampai Sabtu sore, kekerasan militer itu menewaskan 17 orang! Sabtu malam dan Minggu, tewas lagi 25 orang, luka parah lebih 180 orang!" (Metro TV [16-5])
"Selain menahan truk bantuan logistik pemrotes, tentara juga merazia identitas warga yang masuk kota guna memastikan tak bergabung pemrotes!" kata Amir. "Terhentinya dukungan logistik dan massa penting bagi tentara karena mayoritas pemrotes yang masih bertahan terdiri dari massa miskin dari luar kota!"
"Tapi pengepungan dan pencegatan logistik bisa berakibat lebih buruk!" tegas Umar. "Selama dua bulan ini pemrotes relatif sportif, jika terdesak kelaparan bisa merusak! Jika pengrusakan dihadapi tentara dengan kekerasan seperti dilakukan empat hari terakhir, korban jiwa bisa lebih masif--bisa menyulut perang saudara!"
"Itu tak terelak, karena tekad massa Kaus Merah berjuang sampai titik darah penghabisan!" timpal Amir. "Pemimpin mereka Jatuporn Prompan, Sabtu (15-5), menegaskan, 'Kematian takkan menghentikan perjuangan warga sipil!" (Kompas [16-5])
"Klaim Kaus Merah sebagai perjuangan warga sipil jelas, massa itu pendukung Thaksin Sinawatra yang dikudeta militer 19 September 2006!" ujar Umar. "PM Thailand sekarang, Abhisit Vejjajiva, memang hasil pemilu, tapi dianggap boneka militer! Ini inti masalahnya, yang justru semakin nyata dengan tindakan militer menghabisi Kaus Merah dengan segala cara!"
"Kunci penyelesaian konflik ini tinggal pada titah Raja Bhumibol Aduljadej!" tegas Amir. "Tapi selain raja selama ini cenderung lebih dekat dengan militer yang berfungsi sebagai pengawal tahta, juga ada isu seolah Thaksin ingin mengakhiri sistem monarki! Sehingga, chaos fatal pun raja mungkin tak bertindak!"
"Karena itu, Abhisit memilih menghabisi pemrotes dengan kekerasan militer! Ini pelajaran dari nasib PM yang ia gantikan, Somchai Wongsawat, jatuh November 2008 akibat massa Thaksin menguasai Bandara Swarnabhumi, didukung putusan Mahkamah Konstitusi memecat Somchai dan membubarkan tiga partai pemerintah!" tegas Amir. "Apakah Abhisit mampu menghabisi perjuangan warga sipil dengan kekerasan militer dan mempertahankan kursi PM, lalu lolos dari mahkamah internasional atas pelanggaran HAM berat untuk pembunuhan massal itu, sejarah sedang diukir lewat tindakannya!"
0 komentar:
Posting Komentar