Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Manajemen Mutu Sekolah Lampung Zaman 'Doeloe'!


"LAMPUNG, sebelum zaman merdeka punya sekolah dengan manajemen mutu yang baik! Lulusan SMP (Tsanawiah) sekolah itu jika mau masuk setara SMA di Jawa selalu lulus testing (matrikulasi) untuk langsung duduk di kelas dua!" ujar Umar. "Sekolah itu, madrasah Muhammadiyah di Talangparis, dekat Bukitkemuning! Otobiografi K.H. Arief Mahya, alumnusnya, mencatat sekolah ini didirikan Dr. Rais Latief, alumnus Kairo (7 tahun) dan Mekkah (4 tahun), didukung guru lulusan Kairo, Mekah, dan Perguruan Thawalib Padang Panjang!"

"Di seluruh Lampung pada 1920-an dan 1930-an itu, Perguruan Muhammadiyah Talangparis satu-satunya sekolah setingkat SMP, selebihnya semua tingkat sekolah rakyat. Tanpa kecuali di Telukbetung dan Menggala, tempat pemerintah kolonial berkantor, yang ada cuma sekolah setingkat SD (ABS) berorientasi Belanda khusus buat anak-anak ambtenar dan keluarga bangsawan!" sambut Amir. "Pada Hari Pendidikan ini layak kita menarik hikmah dari manajemen mutu pendidikan zaman doeloe itu, sebagai bandingan ketika meski kelulusan UN SMA sederajat Provinsi Lampung 96%, passing grade-nya masih di bawah enam! Artinya, belum sebaik mutu sekolah zaman doeloe yang matrikulasinya meloncat ke atas, lebih tinggi satu kelas!"


"Apa yang membedakan mutu produk zaman doeloe dengan sekarang, jika diyakini ketulusan pengabdian gurunya tak jauh beda?" tanya Umar.

"Ketulusan pengabdian guru saja tidak cukup!" jawab Amir. "Standar kualitas para guru dan pimpinan sekolah, seperti dikesankan catatan Pak Arief Mahya, tampak punya peran penting! Karena itu kepada para guru sekarang, diharapkan serius berusaha meningkatkan mutu dan kemampuan bukan sekadar memenuhi kredit sertifikasi agar dapat tunjangan guru bersertifikat!"

"Juga unsur pimpinan, baik di sekolah maupun di instansi pengelola pendidikan, dituntut orientasi dan usahanya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan mutu pendidikan!" timpal Umar. "Jangan berkelanjutan kesan menjadikan dunia pendidikan cuma sebagai ladang proyek, hingga komersialisasi pendidikan semakin kuat gejalanya! Iklim dunia pendidikan yang sedemikian mungkin jadi pembeda pendidikan zaman doeloe dan sekarang, hingga mutu out put-nya juga beda!"

"Iklim itu yang kini membuat murid dan orang tuanya jadi mumet, berakibat konsentrasi belajar anak tak maksimal dan akhirnya berpengaruh pada kualitas hasil didik!" tegas Amir. "Artinya, bagaimana gejala komersialisasi pendidikan bisa dikurangi guna mendukung proses perbaikan mutu pendidikan dari sisi murid! Tapi jelas sulit, ketika pendidikan telah menjadi komoditas, mutu dikaitkan dengan harga!" ***

0 komentar: