"NENEK dua hari ini ceria, murah senyum!" ujar cucu. "Apa gerangan penyebabnya?"
"Seorang putri Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, terpilih sebagai managing director Bank Dunia!" jawab nenek. "Itu membuka mata dunia, terbukti emansipasi perempuan di Indonesia telah berhasil state borderless--melampaui batas-batas negara! Setiap aktivis perempuan Indonesia layak berbangga atas penghargaan lembaga kelas dunia itu! Hingga, tak berlebihan jika kita ucapkan selamat jalan Sri Mulyani!"
"Lantas bagaimana dengan kasus bailout Bank Century yang proses hukumnya sedang berjalan, dengan keputusan paripurna DPR menyebut Sri Mulyani terindikasi bermasalah?" tukas cucu.
"Tentu segala masalah terkait dirinya harus Sri Mulyani selesaikan!" timpal nenek.
"Tapi peluang yang membanggakan perempuan Indonesia itu jangan disia-siakan! Lagi pula di era post modern ini, multitask ability--kemampuan menyelesaikan banyak masalah pada saat bersamaan--menjadi ukuran kapabilitas! Jadi, masalah itu bagian dari ujian kemampuan Sri Mulyani dalam kiprahnya!"
"Tapi seandai ujung proses hukum Bank Century memutus Sri Mulyani masuk bui?" kejar cucu.
"Gitu aja kok repot!" entak nenek. "Nurdin Halid masuk penjara beberapa tahun bisa memimpin PSSI dari dalam bui! Jadi, andai-andai itu tak boleh jadi penghalang langkah Sri Mulyani ke skala yang lebih tinggi dan lebih luas!"
"Tapi bagaimana kalau pemilihan Sri Mulyani oleh Bank Dunia karena suksesnya menerapkan sistem neoliberalisme (neolib) dengan pasar bebasnya di Indonesia yang hanya menguntungkan negeri kapitalis dan merugikan kelompok ekonomi dan industri yang lemah di dalam negeri?" tanya cucu.
"Neolib dengan pasar bebasnya itu sistem global, yang juga dikembangkan Bank Dunia dan IMF!" jawab nenek. "Justru pengalaman Sri Mulyani sebagai menteri ekonomi dan menteri keuangan di Indonesia, yang telah memahami butuhnya keseimbangan baru antara determinasi kapitalis dan realitas kemiskinan rakyatnya! Maka itu, dengan posisi Sri Mulyani di jantung Bank Dunia, keseimbangan baru itu mungkin bisa diwujudkan! Gonjang-ganjing pasar bebas sedang melanda Eropa dengan episentrum Yunani, pasti beres kalau Sri Mulyani menyodorkan resepnya!"
"Ah, nenek terlalu optimistis!" tukas cucu. "Mau seimbang bagaimana, gajah dan kambing sama-sama menarik balok--tentu gajah menarik balok yang besar sedang kambing cuma bisa menarik ranting kecil! Itulah pasar bebas, selalu hanya menguntungkan pihak yang kuat--sekalipun kambing yang mengatur, memberi aba-aba!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Kamis, 06 Mei 2010
Selamat Jalan, Sri Mulyani!
Label:
Century,
DPR,
sri mulyani
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar