"PT Aruna Wijaya Sakti (AWS), pengelola usaha pertambakan udang eks Dipasena, lewat siaran pers menyatakan terpaksa akan menghentikan aktivitas operasional perusahaannya akibat iklim investasi sudah tak kondusif oleh aksi premanisme yang terus-menerus dari oknum-oknum Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu—P3UW!" ujar Umar. "Untuk itu, perusahaan inti tidak lagi melanjutkan pemberian pinjaman biaya hidup bulanan plasma, menghentikan persiapan tebar dan tebar benur, serta menunda pembayaran SHU (sisa hasil usaha), dan mulai 7 Mei aliran listrik ke seluruh wilayah pertambakan dihentikan!"
"Aksi seperti apa yang dilakukan oknum P3UW hingga PT AWS memutuskan demikian?" tanya Amir.
"Dalam siaran pers disebutkan rangkaian aksi P3UW dari Mei 2009 sampai April 2011," jawab Umar. "Pada 5—26 Januari 2011 demo lanjutan disertai pemblokiran fasilitas-fasilitas vital perusahaan, operasional perusahaan lumpuh beberapa pekan! Sejak April 2011, penghadangan pengiriman benur dan sarana produksi tambak!"
"Maaf, aku geli!" sambut Amir. "Perusahaan beraset puluhan triliun—Dipasena diambil alih terkait dengan kewajiban Syamsul Nursalim Rp37 triliun—terpaksa menyerah berhenti operasi hanya akibat tekanan premanisme! Ini kejadian kedua di Lampung setelah PT Tris Delta Agrindo di Padangratu, yang terpaksa menutup dan meninggalkan pabrik nanas dengan ribuan hektare kebun nanas!"
"Kok geli, kan tidak lucu!" entak Umar. "Kalau investasi kelas triliunan diganggu terus-menerus sampai akhirnya hengkang, apa lagi yang bisa diharapkan investor besar di negeri ini, lebih-lebih provinsi ini? Apa yang lucu negeri jadi seperti tak bertuan, hukum dieliminasi oleh premanisme?"
"Investasi triliunan di negeri tak bertuan bisa lucu, tapi juga membuat miris!" timpal Amir. "Apa tak miris, 7.000-an plasma yang selesai revitalisasi dari total 9.150 plasma, akhirnya tak bisa bertambak dan tak lagi mendapat biaya hidup dan natura bulanan! Sejumlah itu pula istri, adik, atau keluarga plasma yang selama ini bekerja pada inti di pabrik atau lapangan ikut kehilangan sumber penghidupan! Apalagi tanpa listrik, pengolahan air untuk bertambak tradisional juga jadi sukar!"
"Pokoknya jadi lebih banyak masalah dengan perusahaan inti menghentikan aktivitasnya!" tegas Umar. "Salah satunya ekspor udang Lampung yang sempat mulai pulih ke puncak produksinya, tanpa eks Dipasena yang terbesar di Asia, ekspornya akan menurun kembali! Ini bisa berdampak signifikan pada nilai ekspor, sekaligus PDRB dan pertumbuhan ekonomi Lampung!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Rabu, 04 Mei 2011
Aksi Premanisme Hentikan Aktivitas Tambak PT AWS!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar