Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Hari Kebangkitan Nasional, Kok Tak Bangkit Bersama?


"PADA Hari Kebangkitan Nasional ke 103, 20 Mei 1908-2011, simak tujuan kemerdekaan—simpul perjalanan perjuangan kebangkitan bangsa!" ujar Umar. "Tujuan itu pada Pembukaan UUD 1945, 'Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur!"

"Dari tujuan perjuangan pergerakan kemerdekaan itu, masalah adil dan makmur yang masih jauh dari harapan!" sambut Amir. "Sedang dari tujuan kemerdekaan, alinea empat, 'Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,'—tampak jadi lebih banyak lagi cita-cita kemerdekaan bangsa yang masih menuntut kerja keras untuk mewujudkannya!"

"Kesimpulan banyak hal masih jauh dari harapan setelah lebih 65 tahun merdeka, menyedihkan!" tegas Umar. "Apalagi banyak hal dari tujuan dan cita-cita kemerdekaan itu terbengkalai akibat maraknya korupsi, disertai ketakpedulian elite pada rakyat karena mengutamakan kepentingan pribadi dan parpolnya, bertentangan dengan tujuan pembentukan pemerintahan negara! Apa jadinya kalau negara ini berkepanjangan sekadar milik elite, sedang mayoritas rakyat sengsara!"


"Kenapa elite bangsa ini berusaha cuma mau bangkit sendiri, bahkan lewat korupsi atau akal-akalan lainnya, kok tak berusaha untuk bangkit bersama rakyatnya?" tukas Amir.

"Tak tahu kenapa bangsa yang merdeka berkat perjuangan generasi elite yang merakyat, kini bisa jatuh ke tangan generasi elite yang kerjanya cuma mengakal-akali rakyat, menipu dan membohongi rakyat hanya untuk kenikmatan dirinya semata!" timpal Umar.

"Setiap kali survei dalam berbagai bidang kehidupan hasilnya hanya menunjukkan semakin jauhnya kondisi realitas dari harapan yang dicanangkan cita-cita kemerdekaan!"

"Dalam teori itu disebut generation gap—di Kamus Webster, gap berarti a wide difference in character on attitude, perbedaan besar dalam watak pada sikapnya!" tegas Amir. "Gap itu terjadi karena elite dahulu orientasinya pada kepentingan rakyat sungguh-sungguh, sedang elite sekarang cuma seolah-olah, sekadar buat bungkus kepentingan pribadi dan parpolnya!" ***

0 komentar: