Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

PSSI-ku Sayang, PSSI-ku Malang!

"KARENA suasana tidak kondusif, dengan mengucap Alhamdulillah dan permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, sidang ditutup!" Umar membaca dari koran kalimat Agum Gumelar selaku ketua Komite Normalisasi menutup Kongres PSSI. "Tumpaslah harapan pembenahan organisasi sepak bola nasional, olahraga terfavorit di Tanah Air! Bagaimana nasib sepak bola kita selanjutnya?"

"Tergantung hasil usaha Agum selaku pemegang mandat FIFA agar organisasi sepak bola sedunia itu tidak men-skorsing keanggotaan PSSI dalam rapatnya 31 Mei nanti!" sambut Amir. "Kalau kena skors, bisa berbilang tahun, tim nasional tak bisa ikut turnamen internasional di bawah kendali FIFA, termasuk SEA Games 2011 Palembang, meski tim U-23 lama disiapkan! Artinya, Indonesia dikucilkan dari pergaulan dunia sepak bola!"

"Memalukan sekali kalau pengucilan itu sampai terjadi!" tegas Umar. "Karena dengan itu di mata dunia kita terkesan selayak bangsa primitif yang belum mampu hidup dalam peradaban berdasar aturan bersama hasil kesepakatan antarbangsa!"

"Lebih memalukan lagi kalau dalam rapat FIFA 31 Mei itu diputar rekaman Kongres PSSI, yang lebih enam jam sidang terjadi interupsi terus-menerus!" timpal Amir. "Jauh lebih konyol, isi interupsi silih berganti itu cuma lomba pidato dengan materi

sama, menggugat keputusan FIFA melarang George Toisutta dan Arifin Panigoro dicalonkan dalam pemilihan ketua umum PSSI!"

"Bahkan usai Thiery Regennas, Direktur FIFA Bidang Pengembangan dan Keanggotaan di depan kongres menjelaskan bahwa George Toisutta dan Arifin Panigoro dikenai sanksi itu akibat masalah prinsip bagi FIFA, yaitu terlibat dalam Liga Primer Indonesia (LPI) yang berada di luar PSSI," kata Umar.

"Wakil dari Samarinda malah menguasai mikrofon untuk voting setuju atau tidak Komisi Banding bicara di kongres tentang kenapa mereka meloloskan pencalonan George Toisutta dan Arifin Panigoro! Jadi bukan menimbang penjelasan FiFA, tapi malah unjuk kekuatan bagi kelompok mayoritas lewat voting masalah yang tak relevan!" tambah Umar. "Kondisi kongres yang makin tak terkendali dan menjurus cuma sebagai ajang unjuk kekuatan bergaya tirani mayoritas, menyimpang kian jauh dari agenda, membuat Agum Gumelar yang memimpin kongres langsung menutup sidang!"

"Kengototan tak menerima keputusan berdasar kesepakatan universal, seperti sanksi FIFA, cuma membuat bangsa Indonesia tampak primitif di mata dunia!" tegas Amir. "Apalagi kengototan itu berakibat para pemain sepak bola nasional kita terkucil dari turnamen internasional!" ***

0 komentar: