Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

MEA 2015, Tak Ada Dalih Ketaksiapan!


"KEPASTIAN Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku 2015, sesuai keputusan KTT ASEAN Minggu di Jakarta, segala harus dipersiapkan maksimal—dari infrastruktur, industri, perdagangan, sampai SDM!" ujar Umar. "Tak ada dalih bagi ketaksiapan di bidang apa pun, karena akibatnya menjadikan kita bangsa underdog dalam liberalisasi ASEAN!"

"Indonesia selaku pemimpin ASEAN terlalu nekat memastikan MEA berlaku 2015 itu!" sambut Amir. "Iklim investasi masih kurang kondusif akibat lemahnya kepastian hukum, birokrasi berbelit, dan infrastruktur jauh dari memadai, membuat kita sukar memacu kondisi untuk unggul bersaing dalam banyak hal dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand! Di bidang industri, ketiga negara itu siap pada level manufaktur, sedang kita untuk pengolahan dasar saja masih butuh investasi lagi! Di bidang teknologi informasi, Malaysia malah jadi pengekspor semikonduktor terbesar dunia!"


"Juga dalam bidang perdagangan, ketiganya telah jauh bermain dalam e-trade, sedang kita masih bisnis karungan yang truk pengangkutnya terbalik di kubangan lumpur jalan!" tukas Umar. "Artinya, dalam industri dan perdagangan MEA nanti, pemain level atas (kerjaan ringan nilai tambahnya besar) didominasi ketiga negara tersebut, sedang Indonesia bersama underdog lain berkutat di level bawah—kerjaan melelahkan nilai tambah kecil!"

"Dalam liberalisasi, lebih ruwet lagi bidang SDM di mana pasar tenaga kerja profesional lintas negara diatur dengan sertifikasi!" timpal Amir. "Sertifikasi guru SD saja kita masih kedodoran, apalagi untuk profesi padat ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi! Jika tak digesa proses penyiapannya, bisa-bisa nantinya dalam MEA itu pekerjaan supervisor ke atas dikuasai bangsa lain, sedang kita berkutat di kelas buruh alias kembali jadi bangsa kuli!"

"Guna bisa lepas dari kekhawatiran yang terkesan dibuat berlebihan itu, kembali faktor penghambat investasi tadi yang harus dibereskan, agar usaha mengejar ketertinggalan lewat memacu investasi dalam bidang industri, perdagangan, dan SDM bisa dilakukan!" tegas Umar. "Artinya, MEA sebagai agenda nasional digarap seluruh komponen bangsa secara saksama, bukan sebatas impian indah para pemimpin yang tak segera bergegas mengeliminasikan segala kendalanya! Dengan akibat, kala saatnya tiba MEA dijalankan oleh Indonesia seadanya, tertatih dan terseok-seok!"

"Itu sejalan pengalaman, selalu indah retorikanya di balik langka implementasinya!" timpal Amir. "Dan pada saatnya, ada pula retorika indah untuk mengelak dari tanggung jawab sejarah!" ***


0 komentar: