"SETELAH premium langka hingga warga harus antre panjang di SPBU yang sedang kedatangan pasokan, kini giliran elpiji menghilang!" ujar Umar. "Semua SPBU yang didatangi tak ada elpiji lagi, baik tabung 3 kg maupun tabung 12 kg!"
"Itulah konyolnya negeri kita ini!" sambut Amir. "Rakyat dialihkan bahan bakar dapurnya dari kompor minyak tanah ke elpiji! Setelah semua pakai gas, gasnya langka! Mending kalau meski harganya mahal barangnya ada! Jadi lebih konyol lagi, harganya ada dan tinggi—tabung 3 kg dari normal Rp14 ribu jadi Rp25 ribu dan tabung 12 kg dari normalnya Rp75 ribu jadi Rp125 ribu—tapi barangnya tak ada! Begitu pula yang mau kembali pakai kompor minyak tanah, meski harganya ada Rp8.000 per liter, minyak tanahnya juga tak ada!"
"Barangnya tak ada saja harganya naik lebih dua per tiga! Untuk tabung 3 kg bahkan dari Rp14 ribu jadi Rp25 ribu, berarti naik nyaris 70%!" tukas Umar. "Artinya, kalaupun ada spekulasi di satu pihak yang terjadi akibat kelalaian petugas yang harus bertanggung jawab menjamin kelancaran distribusi di lain pihak, hasilnya meningkatkan penderitaan rakyat kebanyakan yang mengalami kesulitan mendapatkan elpiji, yang kalaupun harganya ada semakin tak terjangkau!"
"Itulah konyolnya negeri kita ini!" sambut Amir. "Rakyat dialihkan bahan bakar dapurnya dari kompor minyak tanah ke elpiji! Setelah semua pakai gas, gasnya langka! Mending kalau meski harganya mahal barangnya ada! Jadi lebih konyol lagi, harganya ada dan tinggi—tabung 3 kg dari normal Rp14 ribu jadi Rp25 ribu dan tabung 12 kg dari normalnya Rp75 ribu jadi Rp125 ribu—tapi barangnya tak ada! Begitu pula yang mau kembali pakai kompor minyak tanah, meski harganya ada Rp8.000 per liter, minyak tanahnya juga tak ada!"
"Barangnya tak ada saja harganya naik lebih dua per tiga! Untuk tabung 3 kg bahkan dari Rp14 ribu jadi Rp25 ribu, berarti naik nyaris 70%!" tukas Umar. "Artinya, kalaupun ada spekulasi di satu pihak yang terjadi akibat kelalaian petugas yang harus bertanggung jawab menjamin kelancaran distribusi di lain pihak, hasilnya meningkatkan penderitaan rakyat kebanyakan yang mengalami kesulitan mendapatkan elpiji, yang kalaupun harganya ada semakin tak terjangkau!"
"Dasar nasib malang rakyat jelata, menderita dibuat begini salah begitu juga salah, tak ada tindakan hukum terhadap orang-orang akibat kelalaiannya maupun spekulasi yang mereka lakukan!" timpal Amir. "Pokoknya orang-orang yang lalai dari tanggung jawabnya atau mereka yang seenak sendiri berspekulasi itu, hidup bebas sesukanya seperti di negeri tak bertuan!"
"Uniknya, kelalaian dilengkapi spekulasi itu diasumsikan karena alasan tunggal—rusaknya jembatan Cakat—dijadikan alasan kelangkaan atas pasokan langsung dari Palembang dan lewat kapal dari Tanjung Priok!" ujar Umar. "Kemacetan akibat jembatan Cakat (yang kini justru sudah lancar), sebelumnya juga bisa diantisipasi! Anehnya pasokan lewat kapal dari Tanjung Priok kendalanya juga dikaitkan dengan kemacetan pasokan mobil tangki dari Palembang!"
"Semua itu tak terlepas dari karakter pelayanan publik yang masih meremehkan kepentingan rakyat yang dilayani!" entak Amir. "Jadi bukan hanya terkait premium yang sekarang belum pulih sepenuhnya, maupun terakhir kelangkaan elpiji! Lihat saja antrean truk di Merak dan Bakauheni yang sedang kambuh lagi, selalu hanya diselesaikan di atas kertas! Sedangkan realitasnya, begitu lagi, begitu lagi!" ***
"Uniknya, kelalaian dilengkapi spekulasi itu diasumsikan karena alasan tunggal—rusaknya jembatan Cakat—dijadikan alasan kelangkaan atas pasokan langsung dari Palembang dan lewat kapal dari Tanjung Priok!" ujar Umar. "Kemacetan akibat jembatan Cakat (yang kini justru sudah lancar), sebelumnya juga bisa diantisipasi! Anehnya pasokan lewat kapal dari Tanjung Priok kendalanya juga dikaitkan dengan kemacetan pasokan mobil tangki dari Palembang!"
"Semua itu tak terlepas dari karakter pelayanan publik yang masih meremehkan kepentingan rakyat yang dilayani!" entak Amir. "Jadi bukan hanya terkait premium yang sekarang belum pulih sepenuhnya, maupun terakhir kelangkaan elpiji! Lihat saja antrean truk di Merak dan Bakauheni yang sedang kambuh lagi, selalu hanya diselesaikan di atas kertas! Sedangkan realitasnya, begitu lagi, begitu lagi!" ***
0 komentar:
Posting Komentar