"MANTAN Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin Sabtu ini dijadwalkan tiba di Jakarta setelah ditangkap Interpol di Cartagena, Kolombia!" ujar Umar. "Kehadiran Nazaruddin amat penting untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, juga menyingkap 'mafia proyek'! Khususnya terkait suap wisma atlet yang menurut dia, jaringannya dari para politisi anggota DPR di panitia anggaran, eksekutif yang ketempatan proyek, sampai pengusaha pelaksana proyek!" "Tapi peran spesifik Nazaruddin dalam 'mafia proyek' sebagai pengatur pemenang tender proyek-proyek raksasa (dari ratusan miliar sampai triliunan) dan pendistribusian 'apel malang' dan 'apel washington' harus mendapat perhatian serius rahasia cara kerjanya untuk mengganjal permainan sejenis! Karena, tak mustahil banyak 'Nazaruddin' lain memainkan peran sejenis di setiap proyek pemerintah!" timpal Amir. "Hal itu membersit dari keterangan saksi Dudu, staf PT DGI, yang menyatakan lumrah pelaksana proyek membayar setoran pada pihak yang menentukan pemenangan tender! Saksi Yulianis dari kantor Nazaruddin selain mengaku sering mengantar 'apel' ke anggota DPR dengan menyebut sejumlah nama, juga mengatakan jumlah persentase setoran bisa lebih 30% dari nilai proyek!" "Itu dia! Tak diragukan lagi, banyak ‘Nazaruddin' lain yang berperan dalam 'mafia proyek' sebagai pengatur proses tender di seluruh negeri, hingga Bank Dunia mengasumsikan kebocoran belanja negara sampai 30%!" tegas Umar. "Namun, karena oleh pihak pengusaha 'mafia proyek' itu dianggap lumrah—wajar—seperti kesaksian Dudu di pengadilan, pengusaha harus menyetor karena kalau tak mau menyetor tak bakal bisa menang tender! Akibatnya,
pengusaha tersandera, tak bisa membongkar 'mafia prpyek' karena dalam UU Antikorupsi pemberi dan penerima sama-sama melakukan tindak pidana luar biasa itu!" "Itulah yang membuat 'Nazaruddin-Nazaruddin' dalam 'mafia proyek' di seantero Tanah Air selama ini tetap nyaman dan tenang menikmati hasil korupsinya, sementara kaum miskin yang berhak atas uang yang mereka korupsi itu tak kunjung terangkat dari jurang kemelaratan!" timpal Amir. "Kalau dibanding korupsi proyek di pusat yang relatif terselubung dan halus prosesnya, kerja 'Nazaruddin' daerah cenderung lebih terbuka dan kasar! Maka itu, jika investigasi model penjebakan suap wisma atlet dilakukan di daerah, dijamin dalam waktu singkat segerobak 'Nazaruddin' lain bisa digiring jadi tersangka kasus korupsi!" ***
Share this post
0 komentar:
Posting Komentar