H. Bambang Eka Wijaya
"SAJIAN pers, terutama televisi berita, atas kasus Nazaruddin terasa kian membosankan!" ujar Umar. "Setelah sebaran SMS dan BBM, wawancara Tempo, Metro TV, dan TV One, lalu Skype, tanpa bahan baru lagi dari Nazaruddin televisi cuma bisa mengulang-ulang Skype Nazaruddin dikomentari narasumber, sampai terakhir narasumbernya terlalu dipaksakan—tak bisa membedakan BUMN pemberi proyek dan BUMN pelaksana proyek!"
"Kecenderungan pers habis kamus dalam kasus Nazaruddin itu disayangkan Agus Sudibyo dari Dewan Pers (Kompas, 6-8) karena dalam kasus ini pers menjadi harapan terakhir masyarakat yang meragukan penegak hukum dan pemerintah menuntaskan kasus terkait nama-nama yang disebut Nazaruddin!" timpal Amir. "Dari contoh kasus yang ditangani penegak hukum, Agus berandai Nazaruddin pulang pun tindakan penegak hukum akan terbatas pada pelaku tertentu, sedang pelaku utama atau yang lebih penting perannya tak diapa-apakan! Karena itu Agus mendorong pers melakukan investigasi berdasar petunjuk awal yang diberi Nazaruddin! Pers harus bisa mendapatkan fakta-fakta melampaui Nazaruddin atas kasus wisma atlet dan Stadion Hambalang yang merugikan negara dan mencederai rasa keadilan masyarakat!"
"Pers menjadi tumpuan untuk menyingkapkan kebenaran kepada masyarakat karena tak bisa lagi diharap dari penegak hukum dan pemerintah!" tegas Umar. "Tapi soal kemampuan wartawan melakukan investigasi, lain soal lagi! Sebab, dibanding info sepotong-sepotong yang diberikan Deep Throat kepada Bob Woodward dan Carl Berstein dari Washington Post saat membongkar skandal Watergate, informasi dan kaitannya dengan nama-nama jauh lebih jelas yang diberi Nazaruddin lewat serial publikasinya! Tapi dengan kenyataan setiap siaran cuma bisa mengulang publikasi Nazaruddin melengkapi narasumber, bukan sajian fakta baru hasil investigasi, bisa ditebak kapasitas investigasi wartawan!"
"Sebetulnya, kalau investigative reporting diharap dari wartawan televisi yang kejar tayang, agak berlebihan juga!" sambut Amir. "Woodward dan Berstein, misalnya, wartawan tulis! Jadi berbagai spesialisasi wartawan melakukan investigasi, hasilnya ditayangkan televisi—Skype Nazaruddin hasil investigasi Iwan Piliang, disiarkan Metro TV!"
"Hasil investigasi wartawan bisa mendorong penegak hukum dan pemerintah bertindak!" tegas Umar. "Tapi tugas terpenting pers, mengungkap fakta-fakta kebenaran bagi konsumsi publik! Terserah publik mau diapakan fakta-fakta itu!" ***
0 komentar:
Posting Komentar