Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pemudik Bermotor Perlu Jalur Khusus!

"TAMPANGMU stres begitu mau mudik bersepeda motor?" tanya Umar. "Lebih baik istirahat dulu, setelah terasa segar baru berangkat!"
"Mukaku terlihat suntuk bukan karena tubuhku tak bugar, tapi karena tertekan provokasi polisi yang menonjolkan tingginya angka kecelakaan sepeda motor mudik tahun lalu, dan menekankan agar mudik naik angkutan umum, motornya ditumpangkan kereta api!" sambut Temin. "Disuruh naik angkutan umum, banyak bus yang tak layak jalan tetap beroperasi karena Lebaran kekurangan angkutan! Mau naik kereta api, tiketnya sejak jauh hari sudah habis terjual! Kalaupun ada kereta tambahan, penumpangnya berdesakan sepanjang perjalanan! Padahal, mudik bermotor beberapa tahun terakhir ini mengurangi bencana kemanusiaan tergencet di kereta mudik!"
"Setiap jenis kendaraan memang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing!" tegas Umar. "Maka itu, kurang bijaksana pihak kepolisian yang cenderung mencegah mudik dengan sepeda motor lantas menghapuskan bantuan panduan polisi (vooriders) pada rombongan besar pemudik bermotor seperti sebelumnya!"
"Mungkin karena berdasar hasil evaluasi, justru dengan bantuan panduan polisi malah terjadi banyak kecelakaan!" timpal Temin. "Jadi, untuk mengurangi kecelakaan pada pemudik bermotor, bantuan panduan polisi itu ditiadakan!"



"Kenapa bantuan panduan polisi bisa menjadi penyebab kecelakaan?" kejar Umar.
"Banyak pengendara motor takut polisi, seperti kalau ada razia banyak memutar haluan lantas nerabas kampung!" jelas Temin. "Tak ayal, saat terdengar sirene polisi memandu rombongan pemudik bermotor, banyak pengendara motor dari arah berlawanan kalang kabut, lalu tak tenang berkendara hingga rawan kecelakaan!"
"Kenyataan sepeda motor telah menjadi pilihan sebagian besar pemudik karena ekonomis dan praktis di desa tujuan, jelas bukan pada tempatnya untuk ditakut-takuti atau dihalang-halangi dengan cara apa pun!" tegas Umar. "Sebaliknya pemudik bermotor justru diberi panduan ekstra, dan jika perlu diberi jalur khusus di lokasi rawan agar terlindung dari kendaraan besar! Sekaligus, mengurangi risiko kecelakaan!"
"Baiknya begitu!" timpal Temin. "Soalnya seperti ditulis Lilik Queigu Leiwakabessy (Facebook, 27-8), 'Sayur lodeh ojo lali santene kelopo, iwak layur diadoni tepung, poro sedulur sesok iki rioyo, tinimbang ngeluyur ayo tilik kampung!"
"Itu pantun justifikasi mudik!" tegas Umar. "Selamat jalan!" ***

0 komentar: